Wakatobi Wave, Parade Kekayaan Budaya Bernuansa Lautan

Advertisement

Wakatobi selama ini dikenal dengan keindahan bawah laut serta hamparan pasir putihnya. Namun selain sebagai salah satu Taman Nasional, destinasi cantik tersebut juga memiliki sejarah sosial budaya unik. Asyiknya lagi, para pelancong bisa menyaksikan semuanya di ajang Wakatobi Wave.

Walau pernah jadi bagian kesultanan Buton, Wakatobi memiliki budayanya sendiri. Sekitar 97 persen wilayah administratifnya adalah lautan dan empat pulau besar bernama Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Masing-masing punya tradisi menarik yang pantang dilewatkan.

Perahu di pinggiran Wakatobi (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk
Perahu di pinggiran Wakatobi (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk

Berikut adalah penjelasan singkat soal lima atraksi budaya khas Wakatobi, menurut Suratman Larakuti – kontributor Travelingyuk yang berkesempatan menyaksikan langsung Wakatobi Wave 2017.

1. Tari Kolosal ‘Lariangi’

Tarian kolosal Lariangi (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk
Tarian kolosal Lariangi (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk

Pada pergelaran Wakatobi Wave 2017 lalu, Tari Lariangi dikemas dengan nuansa kolosal. Ratusan penari cantik Wakatobi dilibatkan, mulai dari usia belia hingga dewasa. Nuansa magis sangat terasa ketika Suratman menyaksikan langsung eloknya gerakan tarian tarian tradisional Pulau Kaledupa tersebut.

Lariangi merupakan tradisi lisan yang sudah ada sejak abad ke-17 di Kesultanan Buton, tepatnya di Kaledupa. Sumber lain menyebutkan, tari tersebut mulai berkembang di abad ke-14 ketika Raja Wakaaka dinobatkan sebagai Raja Pertama Kaledupa. Lariangi sendiri sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Nasional pada 2013 dan mulanya dipertunjukkan untuk menghibur raja yang sedang letih.

Pakaian untuk tari Lariangi (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk
Pakaian untuk tari Lariangi (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk

Gerakan tarian Lariangi diajarkan secara lisan dari generasi ke generasi, demikian pula dengann lagunya. Di setiap detail riasan, pakaian, dan syair-syairnya terdapat banyak simbol bermakna. Salah satunya hiasan kepala bernama Paton, yang menandakan derajat kebangsawanan. Selain itu masih ada bunga konde sebagai lambang pagar beton keraton dan masih banyak lagi.

2. Kansoda’a

Serunya ritual Kansoda'a (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk
Serunya ritual Kansoda’a (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk

Sekali seumur hidup, setiap perempuan Wakatobi akan melalui prosesi Kansoda’a ketika beranjak dewasa. Ritual adat ini biasanya diadakan setelah Hari Raya Lebaran. Mereka didandani dengan pakaian adat, lengkap beserta aksesoris berwarna cerah dan didominasi warna emas. Bagian kepala dihiasi mahkota dari berbagai jenis bunga dan bulu burung.

Pada perhelatan ini, seluruh desa/kelurahan diwajibkan untuk menunjuk keluarga yang akan menjadi perwakilan tim Kasonda’a. Selama prosesi berlangsung, dua sampai empat perempuan belia duduk di atas tandu kayu berukuran besar dan diarak keliling kampung. Puluhan saudara laki-laki sang perempuan bertugas menjadi pengangkat tandu.

Sepanjang jalan mereka akan bernyanyi dan berteriak-teriak untuk menarik perhatian para tetangga. Tak hanya itu, mereka juga mengguncangkan tandu tersebut ke segala arah seakan bobot tandu seringan kapas. Sementara perempuan yang mereka angkat tidak boleh menunjukkan rasa takut sebagai simbol kedewasaan mereka.

3. Parade Busana Tenun Wakatobi

Parade tenun Wakatobi (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk
Parade tenun Wakatobi (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk

Parade busana tenun dimeriahkan sejumlah sanggar kreatif. Masing-masing mengusung desain busana unik menggunakan bahan dasar kain tenun khas Wakatobi. Sebagian besar desainnya terinspirasi keindahan bawah laut Wakatobi, mulai dari ikan, terumbu karang, hingga gurita.

4. Arak-arakan Budaya

Arak-arakan budaya khas Wakatobi (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk
Arak-arakan budaya khas Wakatobi (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk

Dalam event ini hampir seluruh tokoh adat dari seluruh wilayah Wakatobi berkumpul di Wanci, tempat dilangsungkannya Wakatobi Wave. Wanci sendiri merupakan pusat pemerintahan Wakatobi di Pulau Wangi-wangi. Beragam atraksi budaya ditampilkan selama gelaran arak-arakan, mulai dari tarian perang hingga musik tradisional.

5. Panjat Pinang di Atas Laut

Panjat pinang di atas laut (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk
Panjat pinang di atas laut (c) Suratman Larakuti/Travelingyuk

Berbeda dengan gelaran serupa di tempat lain, panjat pinang di Wakatobi dilakukan di atas perahu. Tradisi unik ini merupakan bentuk rasa syukur terhadap lautan yang menjadi ‘tambang emas’, baik dari segi ekonomi maupun pariwisata.

Para nelayan akan berlomba-lomba menggapai puncak untuk meraih beragam hadiah menarik. Benda-benda yang diperebutkan sebagian besar merupakan peralatan nelayan, mulai dari mesin kapal, jaring, hingga Sembako. Anak-anak maupun dewasa, semua mendapat kesempatan memanjat tiang dan mendapat hadiah.

Itulah sebagian besar kegiatan dan atraksi budaya pada gelaran Wakatobi Wave 2017. Festival megah tersebut sudah dimasukkan dalam kalender event pariwisata nasional dan edisi 2018 bakal digelar antara 11 – 13 November 2018. Bagaimana sobat traveler, tertarik berkunjung ke Wakatobi?

Advertisement
Tags
Budaya Indonesia Travelingyuk Wakatobi Wisata Wisata Budaya
Share