Macam-Macam Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Indonesia, Jadi Bukti Kekayaan Budaya

Advertisement

Peringatan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW jatuh tiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Peringatan tersebut selalu dirayakan dengan cara yang berbeda-beda dari tiap daerah di Indonesia. Beragam perayaan tersebut menjadi adat istiadat daerah setempat yang selalu ditunggu-tunggi. Mau tahu seperti apa macam-macam tradisi perayaan Maulid Nabi di Indonesia? Langsung aja kita simak bareng-bareng yuk!

Maudu Lompoa

Maudu Lompoa
Maudu Lompoa di Sulawesi Selatan via Instagram/lintasbudayaindonesia

Kegiatan ini biasa dirayakan di Desa Cikoang, Kecamatan Laikang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Maudu Lompoa yang berarti Maulid Besar dikenal sebagai puncak peringatan maulid. Warga Desa Cikoang akan mengarak replika perahu pinisi yang dihiasi dengan aneka ragam kain sarung dan dipamerkan di tepi sungai desa. Setelah dipamerkan, perahu akan diangkat dan diarak keliling desa. Salah satu tradisi perayaan maulid ini juga diramaikan oleh tabuhan gendang atau seni musik Gandra Bulo. Di dalam perahu tersebut berisi makanan nasi ketan khas Makassar dan dihias dengan telur yang berwarna-warni.

Baayun Mulud

Baayun Mulud
Baayun Mulud via Instagram/nchoy_fff

Beralih ke Provinsi Kalimantan Selatan, tradisi perayaan maulid lainnya bernama Baayun Mulud merupakan kegiatan mengayun bayi sambil membaca syair maulid. Baayun berarti ayunan sedangkan Mulud berasal dari bahasa Arab yang berarti ungkapan masyarakat Arab untuk kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Adanya tradisi ini bertujuan agar anak-anak Banjar ketika besar nantinya akan mengikuti ketauladan Nabi Muhammad dan berbakti kepada orang tua. Beberapa syarat juga harus ditaati dalam melakukan upacara ini seperti menggunakan kain sasirangan, ayunan dihias dengan janur pohon nipah, hingga adanya 3,5 liter beras, satu gula merah, dan garam untuk anak lali-laki serta minyak goreng untuk perempuan.

Grebeg Maulud

Grebeg Maulud
Grebeg Maulud di Jogja via Instagram/rhyo1987

Ketiga ada Grebeg Maulud yang berasal dari kota Jogja. Pada upacara adat ini akan ada sebanyak tujuh gunungan yang akan dikeluarkan dari Keraton untuk dibawa ke Masjid Gede Kepatihan, dan Puro Pakualaman. Tujuh gunungan tersebut terdiri dari Gunugan Putri, Kakung, Darat, Gepak, dan Pawuhan. Nantinya akan dibagikan dan diperebutkan oleh masyarakat yang telah menunggu. Acara ini merupakan sebagai wujud rasa syukur Keraton Yogyakarta serta simbol kemaslahatan antara raja dan rakyat dengan pemimpinnya.

Panjang Jimat

Panjang Jimat
Panjang Jimat di Cirebon via Instagram/pakfendi

Tradisi Panjang Jimat dari Cirebon telah ada sejak zaman Kahlifah Sholahudin Al Ayubi 1993 M dan peringatan hari lahir ini selalu diistimewakan. Tujuannya untuk mengenang dan selalu meneladani Nabi Muhammad SAW. Selain dilaksanakan di keraton yaitu Kasepuan dan Kanoman, peringatan juga dilaksanakan di makam Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati. Upacara akan ditandai dengan adanya sembilan kali bunyi lonceng Gajah Mungkir yang berada di depan gerbang keraton. Selain lonceng, pembukaan juga ditandai dengna tiupan peluit yang mengisyaratkan kepada warga agar memberikan jalan bagi iring-iringan famili.

Nah, jadi itulah beberapa macam tradisi perayaan menyambut Maulid Nabi dari berbagai daerah di Indonesia. Apakah dari Teman Traveler sudah ada yang pernah mengikuti ragam keseruannya?

Advertisement
Tags
Indonesia perayaan maulid nabi Wisata
Share