Jika Amerika memiliki Hollywood, di Indonesia juga ada mini Hollywood ala Desa Gamplong. Berlokasi di Sleman, Yogyakarta, studio alam ini menjadi yang pertama di Indonesia. Selain menjadi wisata edukasi di Yogyakarta, Studio Alam Gamplong juga menjadi tempat seru untuk hangout di akhir pekan. Apa saja sih keseruan yang ditawarkan di sini? Berikut penuturan Kontributor Travelingyuk, Annissa Saputri.
Pemandangan Studio Alam yang Unik
Berlokasi di Desa Gamplong, tempat ini mengusung tema studio alam dengan set tahun 1600 hingga 1900. Berdiri di atas lahan terbuka dan dikelilingi pemukiman warga serta pepohonan hijau. Pemilik studio merupakan sutradara kenamaan Indonesia yakni Hanung Bramantyo yang sudah malang melintang di dunia perfilman. Namun tak perlu khawatir bagi Teman Traveler yang bukan sebagai filmmaker atau berkecimpung di dunia film, studio ini bebas kok untuk dikunjungi oleh siapa saja.
Studio Alam ini berlokasi di Desa Gamplong No.1, Sumberrahayu, Moyudan, Sleman. Dari pusat kota kita bisa menempuh rute Jalan Jenderal Sudirman ke Jalan Godean hingga akhirnya ambil Jalan Moyudan Sedayu. Dari pusat kota cukup membutuhkan waktu tidak lebih dari 20 menit. Nah, tempat wisata di Jogja ini tidak dipatok biaya, kita cukup membayar seikhlasnya saja baik untuk masuk maupun parkir.
Wisata Edukasi dan Budaya yang Memesona
Buka dari Senin hingga Minggu dengan jam buka pukul 08.00 hingga 17.00, Studio Alam Gamplong menawarkan set-set tempat yang unik dan menarik. Dengan mengunjungi studio ini pengunjung yang memiliki passion tentang film diharapkan bisa belajar banyak mengenai setting, properti, dan film making lainnya.
Namun, tak hanya edukasi tentang film saja, kita juga bisa belajar sejarah dan budaya lewat studio ini. Dengan hadirnya setting tempat seperti Kampung Belanda, Kampung Mataram, dan Pecinan secara otomatis kita bisa mengakses informasi tentang sejarah dan budaya yang berkaitan dengan petugas atau penjaga studio. Tak ada salahnya kan, berwisata sambil belajar.
Studio Alam Untuk Proses Pembuatan Film
Setting tempat dan properti di Studio Alam Gamplong ini tidak tetap, beberapa bisa bertambah dan bisa berkurang. Keperluan shooting film di studio ini lah yang membuat beberapa setting tempat berubah-ubah. Seperti ketika pembuatan film Sultan Agung maka setting tempat di studio ini banyak dibangun rumah-rumah penduduk ala Kampung Mataram. Dan belum lama ini, studio yang digunakan untuk proses shooting film Bumi Manusia ini meninggalkan setting tempat bernuansa Belanda. Karena film baru dan pasti ada setting tempat yang baru, berarti tidak cukup hanya datang sekali ya ke studio ini.
Spot Fotogenik yang Eye Catching
Di awal memasuki kawasan studio kita sudah disuguhi set tempat yang kece. Ada menara bergaya Belanda di samping area koleksi kereta kencana. Di sisi kanan pintu masuk pun kita bisa mengeksplor set nuansa Cina dengan warna khas dominan merah. Tak sampai di situ, semakin masuk ke dalam semakin banyak spot-spot yang bisa kita abadikan untuk feed Instagram. Ada spot dengan latar Kampung Belanda yang tentunya instagenic dengan warna bangunan ala vintage.
Pengunjung pun tak ingin melewatkan di setiap set-nya. Selain Kampung Belanda, spot kereta uap dan Benteng VOC pun jadi primadona bagi pengunjung. Tak hanya kaum milenial, pengunjung dari anak-anak hingga orang tua pun tak ingin kalah eksis untuk mengabadikan momen di spot-spot epik Gamplong Studio. Pihak pengelola membebaskan untuk foto dimana saja, asalkan peraturan seperti menjaga kebersihan dan tidak merusak properti harus tetap diperhatikan.
Mengintip Koleksi Kereta Kencana
Di bangunan bergaya Jawa tepat di pintu masuk kita akan melihat kereta-kereta yang berjejer rapi. Kereta kencana sebanyak 12 unit ini merupakan koleksi Gamplong Studio yang memang menjadi properti untuk pembuatan film. Kereta-kereta ini merupakan kereta dengan model tahun 1600 hingga era sekarang. Yang perlu diperhatikan adalah pengunjung tidak diperkenankan menyentuh apalagi menaiki, tapi diperbolehkan untuk berfoto. Namun bagi yang ingin mengadakan event seperti untuk photoshoot, prewedding, atau shooting bisa lho mengajukan secara khusus kepada pengelola.
Menelusuri Kampung Belanda dan Pecinan
Setting tempat di studio ini masih didominasi dengan Kampung Belanda. Memasuki gapura, kita akan disambut dengan bangunan-bangunan vintage ala Belanda. Beberapa rumah gaya jadul dengan corak warna-warni terpampang plakat tulisan di depannya seperti Koffiehuis, Boekhandel van Voorigen, dan Hellendoorn Ijs. Di antara bangunan-bangunan Belanda ini terbentang rel kereta yang mengarah ke Benteng VOC.
Di area paling pojok terdapat bangunan benteng megah, yakni Benteng VOC. Dalam event tertentu, Benteng VOC ini dibuka sehingga para pengunjung bisa mengeksplor di dalamnya. Kemudian di depan Benteng VOC terdapat jembatan ungkit lengkap dengan sungai buatan yang mengalir di bawahnya dan properti perahu kayu. Di sampingnya tampak gerbong kereta uap yang memberi kesan ‘jadul’.
Sementara di sudut lain kita juga ditawarkan beberapa set bernuansa Tionghoa, seperti rumah Tan Khoen Swie, Toko Kiem Gwan Tjan, dan set lokasi yang jadi primadona yakni set Babah Atjong. Tak hanya itu, beberapa set yang masih berdiri seperti gubuk dengan hasil panen dan gerabah serta properti gerobak menambah lengkap suasana. Set ini memberikan nuansa pribumi Jawa yang berada di Kampung Belanda. Tertarik untuk merasakan sensasi berada di Kampung Belanda dan Pecinan di era 1600-an?
Incip Menu Enak di Warung Cina
Setelah berkeliling menjelajah studio, rasa lapar dan haus pasti ada. Tenang saja, di dalam kita bisa bersantai sejenak sembari menikmati makanan dan minuman yang tersedia di warung dengan dominasi warna merah. Warung ini pun kental dengan nuansa Tionghoa. Untuk menunya sederhana, seperti mie dan minuman kemasan.
Bagaimana, seru sekali kan menjelajah di Studio Alam Gamplong? Menelusuri studio ini seperti masuk ke dalam lorong waktu dan membawa kita ke abad 16 hingga 19. Selain dapat pengalaman yang menyenangkan, tentu saja kita bisa banyak belajar. Berencana mengajak teman, keluarga, dan pasangan ke sini kan?