Eduard Douwes Dekker mendapat perhatian oleh Pemerintah Daerah Lebak karena beliau termasuk orang yang menentang pelaksanaan tanam paksa yang diterapkan oleh pemerintahan Belanda pada zaman dulu. Untuk mengenang jasanya, akhirnya dibangunlah sebuah museum dengan nama Museum Multatuli.
Museum ini baru diresmikan penggunaannya tahun lalu, tepatnya pada tanggal 18 Februari 2018. Lalu, apalagi ya hal menarik yang ada di museum ini? Yuk, simak pengalaman saya saat berkunjung ke museum ini.

Berawal Dari Sebuah Novel


Eduard Douwes Dekker diangkat sebagai Asisten Residen Lebak pada tahun 1856. Saat itu suaranya mulai lantang melawan sistem tanam paksa yang mengakibatkan penderitaan rakyat Lebak. Selain melalui jabatan yang dimilikinya, beliau juga menulis sebuah novel berjudul Max Havelaar dengan nama pena Multatuli.
Dengan novel inilah akhirnya membuka mata dunia tentang kenyataan sistem tanam paksa yang menindas rakyat di daerah Lebak. Melalui novel ini juga, beliau membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah dan dirugikan dengan sistem ini.

Karena figur Multatuli yang anti-kolonialisme dan telah membela rakyat Lebak, akhirnya Pemerintah Daerah Lebak memutuskan untuk menjadikan bekas kantor dan kediaman Wedana Lebak yang dibangun pada 1920-an ini sebagai Museum Multatuli.
Kata-Kata Bijak Di Setiap Ruangan

Teman Traveler, sebenarnya Museum ini pertama kali didirikan di Amsterdam, Belanda. Memang tidak ada kaitan berdirinya Museum Multatuli di Rangkasbitung dengan yang ada di Belanda. Meski demikian Pemerintah Daerah Lebak mendapat sejumlah hibah buku dari Museum di Belanda.

Secara keseluruhan museum ini tentang sejarah masuknya kolonialisme di Indonesia, karya-karya Multatuli, dan sejarah berdirinya Lebak. Tapi, sejak pertama kali saya masuk ke museum, saya sudah disambut dengan kata-kata bijak dari Multatuli dan dari tokoh-tokoh ternama dan berpengaruh.
Seperti dari R. A. Kartini yang mengatakan bahwa ”Max Havelaar, aku punya, karena aku sangat, sangat suka pada Multatuli.” Lalu ada juga kata-kata dari Presiden pertama RI Soekarno dan novelis Pramoedya Ananta Toer tentang kehebatan sosok Multatuli.
Ruangan-ruangan Asyik Museum

Asyiknya di museum ini Teman Traveler bisa melihat dan membaca koleksi buku-buku tentang Multatuli di ruang baca khusus. Jadi, kamu akan semakin betah berlama-lama di sini dan tentunya lebih mengenal figur Multatuli.


Selain ruangan khusus untuk membaca, ada lagi ruangan yang menampilkan beberapa rempah-rempah yang menjadi tanaman dan komoditi penting pada pada zaman Belanda dulu, seperti pala, lada, kayu manis, cengkeh, dan kopi. Asyiknya kamu bisa mencium aroma dari rempah-rempah ini dengan cara membuka kotak kaca yang tersedia di pojok ruangan ini.
Ada juga lho sejarah tentang minuman yang hanya terbuat dari daun pohon kopi. Nama minuman ini dinamakan kopi daun. Jadi, karena pada masa itu biji kopi harus diserahkan kepada pihak Belanda, banyak rakyat yang tidak bisa menikmati minuman yang terbuat dari biji kopi yang ditumbuk ini. Akhirnya, mereka membuat seduhan pengganti biji kopi tersebut dengan daun kopi.
Perpustakaan Saidjah Adinda

Nah, jika Teman Traveler ingin mencari buku lain tentang Multatuli, masih berada di lingkungan museum ini ada Perpustakaan Saidjah Adinda. Yang luar biasa dari perpustakaan ini adalah tempatnya sangat ramah terhadap penyandang disabilitas. Ada jalur khusus yang disediakan untuk mereka yang memakai kursi roda atau yang agak kesusahan untuk menaiki tangga. Hebat ya, Teman Traveler!


Perpustakaan ini juga dilengkapi dengan panggung dan teras depan yang luas. Area ini sering digunakan untuk acara-acara yang berkaitan dengan literasi. Ruangan bacanya pun sangat bersih dan nyaman. Tersedianya akses internet secara gratis membuat banyak mahasiswa dan anak sekolah mengerjakan tugas di lingkungan perpustakaan ini.
Oh ya, bagi Teman Traveler yang rumahnya tidak terlalu jauh dengan Kabupaten Lebak bisa langsung mendaftar menjadi anggota perpustakaan dengan menyerahkan fotokopi KTP atau kartu pelajar.
Akses Menuju Museum Multatuli

Museum Multatuli terletak di dekat alun-alun Kota Rangkasbitung, tepatnya berada di Jl. Alun-Alun Timur No.8, Rangkasbitung Barat, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Lokasinya berseberangan dengan Masjid Agung Rangkasbitung. Teman Traveler bisa mengikuti jalan untuk memutari alun-alunnya terlebih dahulu.

Untuk kamu yang berada di luar daerah Banten, lebih mudah dengan menggunakan KRL menuju Stasiun Rangkasbitung. Hanya berjarak sekitar 1,5 km dari stasiun, kamu bisa menuju museum dengan menggunakan angkutan kota atau ojeg.
Teman Traveler, keberadaan Museum Multatuli diharapkan akan mendorong wisatawan untuk datang ke Rangkasbitung. Untuk lebih mengenal sejarah dari Kabupaten Lebak dan juga mengenang jasa Multatuli itu sendiri.
Demikian pengalaman berwisata sejarah di Museum Multatuli Jadi, kapan Teman Traveler, senggangkan waktu untuk mengunjungi museum ini?