Pariwisata adalah salah sektor yang penting untuk meningkatkan ekonomi. Itulah beberapa tempat wisata di berbagai daerah terus mengalami pengembangan agar pengunjung yang datang semakin banyak. Begitu juga yang terjadi di Gili Labak dan Gili Genting. Dua Gili di Madura ini memiliki keindahan yang luar biasa. Pantainya begitu bersih dengan perairan jernih dan tenang, sekilas mirip dengan Maldive.
Dengan potensi yang sebesar itu, bagaimana dengan kondisi warga aslinya? Travelingyuk telah mengumpulkan beberapa cerita menarik tentang keseharian masyarakat setempat.
1. Semangat Tukang Sapu Pantai
Sampah masih menjadi masalah serius di berbagai tempat, termasuk di Gili Labak dan Gili Genting. Memang saat Tim Travelingyuk datang ke Pantai Sembilan di Gili Genting, areanya sudah bersih dengan pasir putih menawan. Tak terlihat ada sampah berserakan. Namun hal itu juga karena ada Pak Sukarto yang sehari-hari bekerja sebagai Tukang Sapu Pantai.
Pria yang saat ini sudah berumur 62 tahun tersebut mengaku jika ada saja wisatawan yang buang sampah sembarangan. Padahal telah ada tempat sampah di beberapa titik. Setelah makan di pondok-pondok, sampah plastik dan sisa-sisa makanan dibiarkan begitu saja. Pak Sukarto bekerja berdua dengan temannya yang bernama Pak Asik. Bayarannya pun tidak banyak, hanya beberapa ratus ribu rupiah.
Beliau begitu ramah saat menjelaskan, raut wajahnya yang sudah tua cukup khas. Pak Sukarto duduk sambil memegang sapi ijuk dan bercerita bahwa Gili Genting jadi semakin indah. Nantinya akan ada satu pantai lagi yang akan segera dibuka untuk umum. Saat ini masih dibangun beberapa fasilitas dan areanya juga dibersihkan dari rerumputan.
Pak Karto yang sehari-harinya tidur di salah satu warung pinggir pantai itu berharap agar pengunjung yang datang bisa lebih peduli dengan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan, meski sudah ada petugasnya. Dengan begitu, keindahan Gili Genting akan tetap terjaga dan siap menjadi destinasi berskala Internasional.
2. Harapan Penduduk Asli Gili Labak
Gili Labak juga merupakan pulau berpenghuni di Madura. Areanya tidak seluas Gili Genting yang memiliki 4 desa, Gili Labak hanya dihuni oleh 35 kepala keluarga. Jelas kondisinya jauh berbeda dengan perkotaan. Hal itu disampaikan oleh Pak Tony, penduduk asli pulau tersebut sekaligus pemilik kebun kelapa di tepi pantai.
Sehari-hari Pak Tony yang tidak lagi muda ini sibuk memetik kelapa dan memancing ikan. Beliau begitu baik, bahkan saat Tim Travelingyuk menyapanya, Pak Tony Langsung menawarkan satu butir kelapa muda untuk penawar dahaga. Saat itu, Gili Labak memang sedang panas-panasnya. Untung ada pepohonan rindang yang memberikan kesejukan.
Pak Tony mengatakan jika warga Gili Labak senang jika ada banyak wisatawan yang datang. Terlebih lagi mereka juga ikut andil dalam mengelola wisata di Gili Labak. Listrik dipasok dengan peralatan seperti panel surya. Namun ketersediaan air bersih masih menjadi masalah serius di sini.
Pak Tony menjelaskan jika untuk kebutuhan sehari-hari, warga Gili Labak membeli air yang dimuat dalam wadah besar. Beliau berharap suatu hari nanti masalah tersebut dapat diatasi. Sehingga wisatawan yang datang juga bisa lebih nyaman dan betah berlama-lama menjelajahi Gili Labak.
3. Para Penjaja Makanan Khas Madura
Di Gili Genting ada banyak penjual makanan enak. Kamu bisa mencoba rujak Madura buatan Bu Rafi’ah. Warungnya dibangun sederhana, tapi tetap teduh karena berada di antara pepohonan. Di bagian depannya terdapat kursi dan meja untuk pengunjung yang ingin bersantap sambil melihat indahnya lautan. Di sanalah Tim Travelingyuk berbincang dan menanyakan bagaimana keseharian Bu Rafi’ah.
Perempuan paruh baya tersebut berjualan setiap hari untuk mengisi pundi-pundi. Senyumnya malu-malu tapi tidak bisa menutupi rasa penasarannya pada kamera yang kami bawa. Teknologi mungkin belum banyak masuk ke Pulau satu ini. Bu Rafi’ah juga mengatakan jika beliau bersyukur karena wisatawan yang datang semakin ramai terutama saat akhir pekan.
Dengan begitu, maka dagangannya akan semakin banyak yang laku. Beliau menjual rujak dengan harga murah untuk ukuran tempat wisata seindah itu. satu porsinya hanya sekitar Rp10.000. Rasanya enak karena menggunakan petis khas yang umumnya ada di Madura. Kamu bisa memilih yang isiannya buah atau sayuran sesuai dengan seleramu.
Pergi liburan itu sangat menyenangkan. Lebih seru lagi jika kamu bisa bercengkerama dengan penduduk setempat. Kenali seperti apa budaya mereka, terutama daerah-daerah terpencil. Dengan begitu, kamu akan tahu lebih banyak hal dan lebih bersyukur bisa melihat keindahan yang jarang dinikmati orang. Pengalamanmu akan semakin lengkap disamping menambah saudara.