Lahirkan Batik Kayu Unik nan Mempesona, Desa Wisata Krebet Taklukkan Eropa

Advertisement

Kesenian batik, motif cantik yang dilukis sedemikian rupa sudah mendapat pengakuan dunia sebagai budaya khas Indonesia. UNESCO pada tahun 2009 silam, menetapkan batik sebagai salah satu warisan budaya dunia.

Sebagai budaya khas Indonesia, tak perlu heran melihat banyak motif dan aliran batik yang lahir dari berbagai penjuru nusantara, seperti batik unik dari Desa Wisata Krebet, Bantul Jogjakarta. Disebut unik karena batik khas Krebet ini tak menggunakan media kain seperti batik pada umumnya, tetapi menggunakan kayu.

Desa Krebet hadirkan batik dengan menggunakan media kayu (c) Travelingyuk/Abie

Travelingyuk yang penasaran dengan batik kayu ini berkesempatan untuk menyaksikan langsung proses pengerjaannya dengan mengunjungi workshop batik kayu yang bernama ‘Sanggar Punokawan’. Di sanggar ini, lahir berbagai kerajinan batik tulis, mulai dari beragam aksesoris dan hiasan seperti kotak obat, gantungan kayu, hingga wadah gelas air kemasan.

Kotak obat hasil karya Desa Wisata Batik Kayu Krebet (c) Travelingyuk/Abie

Perhatian kami kemudian tertuju kepada salah seorang pekerja sanggar yang bernama Yulianto. Pria yang sudah membatik sejak tahun 1998 ini tampak fokus mengerjakan bagian dari alat musik drum yang dihias menggunakan motif batik, dengan tulisan Pindad. Nama yang disebut terakhir cukup unik karena merujuk pada perusahaan industri dan manufaktur alat-alat militer milik negara.

Tak Gunakan Sembarang Kayu

Tak salah jika sanggar batik kayu ini menerima banyak pesanan. Pasalnya proses pengerjaannya memang tak main-main, mulai dari proses pemilihan bahan kayu sebagai dasar untuk membatik.

Batik Kayu Desa Krebet
Batik Kayu Desa Krebet (c) Travelingyuk/Andre Fauzy

Seperti dijelaskan sang pemilik sanggar, Agus ketika ditemui tim Travelingyuk. Ia menjelaskan jika sanggarnya tak menggunakan sembarang kayu, melainkan kayu mahoni atau sengon sebagai bahan utama. Menurutnya kedua kayu tadi memliki keunggulan masing-masing.

Proses pemotongan kayu sebelum dibatik (c) Travelingyuk/Abie

Sengon dipilih karena warna dasar putih hingga cocok untuk digunakan sebagai media membatik. Sementara untuk kayu mahoni memang lebih berkualitas, namun punya warna dasar kemerahan dan rawan memunculkan kutu hingga membutuhkan perawatan khusus.

Kayu dijemur agar benar-benar kering sebelum diproses (c) Travelingyuk/Abie

Dengan proses pewarnaan khusus, kedua jenis kayu di atas disulap menjadi barang seni berkualitas tinggi. Tetapi sebelum dilukis dan diwarna, sebelumnya kayu bahan baku dikeringkan terlebih dulu. Kami mengetahui hal ini ketika melihat beberapa papan kayu ukuran satu sampai dua meter sedang dijemur di tepi jalan. Kayu-kayu tadi menurut Agus sengaja dipaparkan pada sinar matahari agar benar-benar kering sebelum bisa mulai diproses.

Awal Mula Lahirnya Batik Kayu

Perjalanan tim redaksi selanjutnya menjelajah showroom yang berada di seberang bangunan utama sanggar ‘Punokawan’. Begitu masuk ke dalam, kami disambut dengan beragam aksesoris berbahan kayu yang tampak cantik berbalut beragam motif batik unik. Bentuknya juga bermacam-macam, ada yang berupa topeng, patung kepala Buddha, hiasan berbentuk kadal, dan masih banyak lagi.

Kerajinan batik kayu di showroon Desa Wisata Krebet (c) Travelingyuk/Abie

Suasana di dalam showroom cukup sepi dan tampak tak ada kasir yang berjaga. Namun di sini kami berkesempatan bertemu dengan Yulianto, ketua Pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata di kawasan sekitar Krebet dan Bantul.

Beragam kerajinan batik kayu di Desa Wisata Krebet (c) Travelingyuk/Abie

Sembari duduk santai, Yulianto kemudian menjelaskan sejarah awal munculnya ide pembuatan batik kayu di desa Krebet. Menurutnya, kreativitas membatik di media yang tak biasa ini sudah dimulai sejak 70an. Inisiatornya adalah seorang seniman patung lokal, Gunjiar, yang kala itu beride untuk menambahkan motif ukiran batik dalam salah satu hasil karyanya.

Yulianto, ketua Pokdarwis, mengawasi seorang pekerja di Kampung Batik Krebet (c) Travelingyuk/Abie

Karya Gunjiar tersebut kemudian mendapat apresiasi positif dan ia pun laris mendapat pesanan. Melihat adanya peluang usaha yang menguntungkan, sejumlah warga sekitar pun akhirnya memutuskan untuk ikut berkecimpung di usaha batik kayu. Menurut Yulianto, hingga kini sudah ada total enam sanggar di Krebet yang fokus mengerjakan karya seni unik tersebut.

Tur Desa Wisata Batik Kayu

Bagi yang datang ke Desa Wisata Batik Kayu, mereka tak hanya bisa melihat dan membeli hasil kerajinan warga setempat. Para pengunjung desa wisata ini juga bisa menjajal membuat batik kayu dan membawa pulang hasil karya mereka, bahkan bagi yang belum puas, tersedia pula fasilitas homestay di rumah-rumah penduduk.

Pengunjung bisa belajar membatik di Desa Wisata Krebet (c) Travelingyuk/Abie

Tak hanya belajar membatik, para wisatawan juga akan diajak untuk mengamati kebudayaan yang ada di sekitar, seperti tari-tarian dan seni gamelan, plus menikmati kuliner khas Krebet, seperti mangun dan gudeg manggar, yang terbuat dari putik kelapa.

Menurut Yulianto, program tersebut merupakan bagian dari visi komunitasnya untuk menjadikan Desa Krebet sebagai wahana wisata edukasi. Tidak jarang pula pihaknya menerima tamu dari murid-murid SD atau SMP yang ingin belajar membatik di kayu.

Dari Sudut Desa Bantul Tembus Pasar Eropa

Sebagian besar warga Indonesia mungkin masih asing dengan batik kayu, namun diam-diam hasil karya warga Krebet ternyata sudah bergaung hingga ke Eropa. Hal tersebut dengan bangga diakui oleh Yulianto, yang menyatakan bahwa produk di wilayah mereka sudah memenuhi standar untuk kualitas ekspor.

“Produk batik kayu Krebet sudah merambah ke ekspor. Untuk daerah nasional, sudah ada beberapa produk yang dijual ke kota-kota besar di Indonesia. Untuk ke luar negeri juga ada, seperti mungkin ke Prancis, ke Amerika, Eropa, Inggris,” jelasnya.

Yulianto memberi penjelasan sembari duduk di showroom (c) Travelingyuk/Abie

Lebih lanjut pria murah senyum itu mengatakan pihaknya juga rajin mempromosikan karya batik kayu khas warga Krebet melalui pameran. Bekerja sama dengan Dinas Pariwisata setempat, mereka bahkan sempat unjuk gigi hingga ke London.

Terkait pola yang digunakan dalam kerajinan, kebanyakan terinspirasi dari motif batik klasik Jogjakarta seperti parangbarong, kawung, maupun garuda, yang sudah sedikit dimodifikasi. Namun demikian, pemesan juga diperbolehkan mengajukan permintaan motif khusus dari Maluku, Sumatra, maupun daerah lainnya asalkan bisa memberikan gambaran desain yang jelas.

Seorang pengunjung amati koleksi batik kayu di showroom Desa Wisata Krebet (c) Travelingyuk/Abie

Untuk bisa menuju Dusun Krebet, cukup menempuh perjalanan sekitar 15 kilometer dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sepanjang perjalanan hingga sampai di tempat tujuan, Anda bakal dimanjakan dengan suasana alam pedesaan yang masih asri dan menenangkan.

Jangan tunda lagi kunjungan Anda ke Dusun Krebet dan jadilah saksi langsung indahnya kesenian batik kayu yang gaungnya sudah sampai ke Eropa. Selamat berwisata!

Advertisement
Tags
Bantul batik desa wisata Wisata
Share