Mencicipi Siobak, Kuliner Babi Khas Buleleng yang Lezat

Advertisement

Mengunjungi Buleleng, tidak akan lengkap tanpa mencicipi kuliner khas yang ada di wilayah tersebut. Mulai dari jukut undis, sudang lepet, tipat blayag, sampai siobak khas Buleleng. Meskipun hampir semua jenis makanan khas tersebut juga bisa ditemukan di wilayah lain di Bali, tetapi mencicipi rasa asli dari tanah kelahiran tentu memberikan sensasi tersendiri.

Nah, kali ini saya akan mengulas tentang siobak. Olahan berbahan babi ini memang sudah banyak dijumpai di Denpasar, khususnya di warung-warung makan yang dimiliki oleh orang dari Buleleng. Meski begitu, tidak ada salahnya membandingkan rasa antara kuliner di perantauan dengan di tempat asalnya.

Kuliner Hasil Akulturasi Budaya dengan Etnis China

Siobak Khas Buleleng (c) Suarcani/Travelingyuk
Siobak Khas Buleleng (c) Suarcani/Travelingyuk

Sebagai daerah dengan penduduk heterogen, komunitas orang keturunan China memiliki jumlah sangat signifikan di Buleleng, khususnya di kota Singaraja. Meski tidak ada catatan pasti, tetapi keberadaan etnis ini sudah ada sejak tahun 1800.

Hal ini terbukti dari adanya Klenteng Ling Gwang Kiong, tempat peribadahan umat Tionghoa yang sudah dibangun sejak tahun 1873. Percampuran etnis pendatang dengan penduduk setempat ini menghasilkan akulturasi dalam banyak hal, salah satunya dalam bidang kuliner.

Siobak merupakan salah satu kuliner yang lahir dari perpaduan budaya ini. Meski tidak ada bukti valid, tetapi berdasarkan cerita turun-temurun, masyarakat setempat meyakini kalau etnis Tionghoa memiliki andil besar dalam menciptakan siobak.

Terbukti dari nama olahan yang cenderung lebih mirip dengan Bahasa China daripada Bahasa Bali. Selain itu, salah satu pioner yang menjual kuliner ini adalah Khe Lok, yang didirikan oleh warga Tionghoa bernama Tan Khe Lok.

Olahan Berbahan Babi yang Menyaingi Popularitas Babi Guling

Perpaduan Bahan dalam Siobak (c) Suarcani/Travelingyuk
Perpaduan Bahan dalam Siobak (c) Suarcani/Travelingyuk

Saya pernah mendengar kalau di Buleleng, kuliner babi guling kehilangan popularitas. Olahan ini kalah saing dibanding siobak. Tidak heran sih, siobak merupakan olahan asli yang cita rasanya sudah sesuai dengan lidah masyarakat setempat.

Irisan tipis daging babi, dipadukan dengan lemak babi, jeroan, kerupuk kulit babi, acar mentimun, lalu disiram kuah kental. Jangan lupakan potongan cabai hijau sebagai pelengkap. Hidangan ini amat cocok jika disajikan dengan nasi panas, ditambah dengan cuaca khas Singaraja yang juga gerah, maka alhasil keringat pasti akan mengucur dengan deras.

Kelezatan siobak berasal dari perpaduan bahan-bahannya dan tidak akan lengkap jika disajikan secara terpisah. Pengolahan daging babinya sendiri misalnya, hanya direbus dengan campuran kecap manis serta kecap asin.

Proses sederhana ini tentu tidak menyumbangkan cita rasa khusus dibanding olahan babi lainnya, terlebih jika dimakan tersendiri. Sama halnya dengan jeroan, organ dalam babi ini cenderung terasa amis jika pengolahannya kurang tepat.

Acar mentimun berfungsi untuk memberi sentuhan segar, plus sebagai pengganti sayur bagi Teman Traveler yang berpikir keras soal serat. Meski begitu, penggunaannya juga tidak boleh terlalu banyak karena bisa merusak rasa.

Yang menjadi kunci adalah kuahnya. Semua orang pasti setuju kalau kelezatan siobak bergantung pada kuahnya. Dengan tekstur kental dan warna cokelat pekat, bahan ini lebih tepat jika disebut saus dibanding kuah.

Namun, masyarakat setempat sudah terbiasa menyebutnya sebagai kuah. Dengan rasa gurih khas tauco, manis, dan juga pedas yang pas, kuah inilah menghasilkan cita rasa khas siobak yang menggoyang lidah.

Warung Siobak Rekomendasi di Buleleng

2019_10_16_10_jw9.jpg
Saus atau Kuah Siobak (c) Suarcani/Travelingyuk

Siobak bisa ditemui di banyak warung makan di daerah Buleleng. Harganya pun bervariasi, dari 10 ribu hingga 50 ribu per porsi. Untuk rekomendasi tempat, saya punya nih beberapa nama yang patut dicoba.

Khe Lok merupakan warung penjual siobak yang legendaris. Sebagai salah satu pioner dalam kuliner olahan babi, warung yang sudah dibuka sejak tahun 1964 ini memiliki rasa yang stabil dari generasi ke generasi. Tidak heran jika Khe Lok yang berlokasi di daerah Kampung Tinggi, Singaraja ini selalu ramai.

Selain Khe Lok, di ruas jalan yang sama, tepatnya di terminal Kampung Tinggi juga ada Warung Makan Siobak Aye. Bergerak ke arah barat, Teman Traveler bisa bersantap di warung makan siobak Bu Gusti yang berlokasi di Jalan Laksamana.

Kalau Teman Traveler ingin mencoba siobak murah meriah 10 ribu per porsi, datang saja ke warung siobak tanpa nama yang berlokasi di Jalan Lingga, Singaraja. Meski tempatnya sederhana dan harganya murah, tetapi rasanya tidak kalah enaknya kok.

Bagi yang berkendara menuju Pantai Lovina, bisa mampir di siobak Khe Lok di Seririt. Jika berkendara menuju arah Kintamani, cobalah Siobak Ponco di desa Tamblang, depan Puskesmas Kubutambahan II.

Warung Siobak Rekomendasi di Denpasar

Siobak Singaraja (c) Suarcani/Travelingyuk
Siobak Singaraja (c) Suarcani/Travelingyuk

Bagi Teman Traveler yang ingin mencoba siobak tetapi malas jauh-jauh ke Singaraja, tenang saja, kuliner ini sudah merambah ke pelosok Bali. Di Denpasar misalnya, Teman Traveler tetap bisa mencobanya di Jalan Sutomo dan juga di Jalan gatot Subroto Timur no 256. Bisa juga mencoba bersantap di Warung Rama Siobak Singaraja yang beralamat di Jalan Letda Made Putra no 56, Denpasar.

Bila Teman Traveler berwisata di Bali, sempatkan kulineran ke Siobak khas Buleleng. Sudah ada yang pernah mencobanya?

Advertisement
Tags
Bali Indonesia kontributor kuliner Siobak buleleng Travelingyuk
Share