Warung Mbah Geger, Kuliner Legendaris Pacitan yang Tetap Eksis

Advertisement

Warung Mbah Geger adalah salah satu tempat nongkrong favorit di Alun-Alun Kabupaten Pacitan. Terletak di sebelah timur alun-alun, tempatnya sangat sederhana, yakni beralaskan tikar dan terop. Meskipun demikian, suasana nongkrong menjadi sangat cozy. Simak liputannya berikut!

Menyajikan menu tradisional

lrm_export_20191007_162740_gk3.jpg
Jadah dan tahu yang sedang di bakar (c) Ariska Sukma Ningrum/Travelingyuk

Menu yang di sajikan pun bukanlah menu kekinian, melainkan menu sederhana yang jarang diekspos saat ini. Salah satunya adalah jadah, camilan yang terbuat dari beras ketan putih dicampur santan kelapa sehingga menghasilkan rasa gurih yang dominan.

Jadah inilah yang nantinya di bakar menggunakan tungku dan arang. Proses pembakarannya dilakukan pada malam itu juga supaya kualitasnya tetap terjaga dan makanannya bisa tersaji hangat.

Menu lain yang tak kalah enak

2019_10_07_04_3Qs.jpg
Tahu goreng yang akan di bakar dan di sajikan bersama jadah bakar (c) Ariska Sukma Ningrum/Travelingyuk

Selain jadah bakar, di sini juga tersedia tahu bakar dan sate tahu. Ada yang tahu bedanya apa? Jadi begini. Perbedaannya, jika sate tahu merupakan tahu yang di dalamnya terdapat isian bakso, sedangkan tahu bakar hanyalah tahu biasa yang di goreng lalu di bakar.

Untuk minumannya, yang paling direkomendasikan adalah susu jahe. Minuman susu hangat yang diberi geprekan jahe membuat suasana nongkrong malam jadi semakin hangat. Satu porsi jadah bakar dijual seharga Rp 15.000. Isinya sudah komplet, ada jadah dan tahu bakar.

Sedangkan minumannya mulai dari Rp 2.000 untuk teh panas dan Rp 4.000 untuk susu jahe. Ada juga minuman lain seperti kopi hitam, kopi susu, dan masih banyak lagi.

Berjualan sejak tahun 1980

lrm_export_20191006_214119_bNJ.jpg
Sambil membakar tahu, Mbah Geger yang jenaka selalu melawak (c) Ariska Sukma Ningrum/Travelingyuk

Mbah Geger berjualan bersama dengan sang istri sejak tahun 1980. Saat ini beliau-beliau dibantu oleh seorang pramusaji. Mbah Putri (begitulah aku memanggil istri mbah geger) adalah sosok yang ceria dan ramah. Penampilannya sederhana namun tetap anggun.

lrm_export_20191006_214227_FlK.jpg
Mbah putri dan pramusajinya yang sedang sibuk menyiapkan pesanan (c) Ariska Sukma Ningrum/Travelingyuk

Mbah Putri selalu menggunakan bahasa Jawa halus saat berkomunikasi dengan pembeli, membuat atmosfer Jawa sangat melekat kuat. Hal ini ditambah Mbah Geger sendiri yang selalu menggunakan blangkon Jawanya yang khas.

Buka dari jam 6 sore

lrm_export_20191007_055519_31a.jpg
Mbah Geger sedang membakar jadah (c) Ariska Sukma Ningrum/Travelingyuk

Warung Mbah Geger buka mulai pukul 6 sore sampai dagangan habis, biasanya sekitar tengah malam. Setiap malam minggu, Mbah Geger dan istri selalu menyiapkan stok jualan lebih banyak karena pengunjung yang hendak mampir selalu ramai.

Beruntung sekali saat berkunjung ke sini, suasananya sedang sepi, sehingga saya bisa ngobrol lebih dekat dengan Mbah Geger dan Mbah Putri. Serasa sedang berbicara dengan kakek dan nenek sendiri! Suasana kekeluargaan sangat terasa sekali. Mbah Putri yang ramah dan Mbah Geger yang selalu kocak dengan lawakannya.

lrm_export_20191006_214156_c98.jpg
Mbah Putri yang sedang melayani pembeli (c) Ariska Sukma Ningrum/Travelingyuk

Selain menu dan suasananya, yang membuat menarik lagi adalah tagline yang digunakan Warung Mbah Geger, yaitu “Ojo ngaku jaman now yen rung rene!”. Artinya, “Jangan mengaku zaman now kalau belum ke sini!”. Sebuah tagline yang sangat kreatif untuk menaik para pelanggan!

Jadi untuk Teman Traveler yang sedang mampir Pacitan, jangan lupa buat mampir ke Warung Mbah Geger, oke? Dijamin nongkrong kalian akan sangat berkesan!

Advertisement
Tags
Indonesia Jawa Timur kuliner pacitan warung mbah geger
Share