4 Tradisi di Surabaya yang Kini Jarang Dilakukan, Salah Satunya Gulat

Advertisement

Surabaya kini semakin populer semenjak di bawah pemerintahan Bu Tri Rismaharini. Ini dikarenakan walikota tersebut membangun sejumlah fasilitas dan tempat wisata, agar kota pahlawan ini jadi lebih indah. Namun di samping itu, banyak yang tak tahu kalau Surabaya sebenarnya punya beragam tradisi yang sekarang jarang dilakukan. Apa saja ya tradisi yang ada di Surabaya? Bisa simak ulasan di bawah ini. 

Temu Manten Pegon 

tradisi di surabaya
Temu Manten Pegon via instagram/arviandm

Salah satu tradisi yang dimiliki Surabaya adalah Temu Manten Pegon. Sebenarnya ini adalah pertemuan mempelai laki-laki dan perempuan seperti pada umumnya. Hal yang membedakan terletak pada pengantin yang dirias dengan akulturasi budaya antara Jawa, Belanda, Arab dan China. Selain itu, nantinya pengantin akan diarak berkeliling oleh pihak keluarga secara meriah. 

Gulat Okol 

Gulat Okol via instagram/pagipho

Kemudian, ada Gulat Okol yang kini juga jarang dilakukan masyarakat setempat. Ini merupakan tradisi yang bertujuan untuk memanggil hujan dan sebagai ajang bersilaturahmi. Biasanya, tradisi tersebut dilakukan oleh dua orang dan dilakukan di atas tumpukan jerami. Dulunya, Gulat Okol diselenggarakan di wilayah Mede, Surabaya Barat yang dibarengi dengan membuat gunungan untuk bersedekah. 

Larung Ari-ari 

Larung Ari-ari via facebook/Judi Cruise

Mungkin Teman Traveler pernah dengar istilah melarung yang artinya menghanyutkan benda ke laut. Nah, Surabaya juga punya tradisi itu yang dinamakan Larung Ari-ari. Ketika ada bayi lahir, tali pusarnya akan dipotong dan kemudian dihanyutkan atau dilarung ke lautan. Tradisi ini dipercaya akan membawa banyak rezeki kepada orang tua dan juga sang anak nantinya. 

Sedekah Bumi 

Sedekah Bumi via instagram/surabaya

Siapa bilang sedekah bumi hanya dimiliki oleh Jawa Tengah? Ritual yang bertujuan untuk membagikan rezeki ini juga dimiliki Surabaya, khususnya di kawasan Sambikerep. Di ritual tersebut akan ada sebuah gunungan yang berisikan hasil bumi. Nantinya, isi dari gunungan itu akan diperebutkan oleh masyarakat. Warga Sambikerep beberapa kali masih melakukan tradisi ini karena dipercaya bisa mendatangkan banyak hal baik dan menghindarkan dari bahaya.

Itulah sejumlah tradisi di Surabaya yang kini sudah jarang dilakukan. Sebenarnya sangat disayangkan apabila tradisi ini sudah menghilang digerus zaman. Ini dikarenakan tradisi-tradisi tersebut merupakan ciri khas Surabaya dan bisa menjadi salah satu destinasi wisata. Ya kita doakan saja semoga tradisi ini bisa dilakukan lagi oleh warga setempat. 

Advertisement
Tags
Budaya Jawa Timur Surabaya tradisi di surabaya
Share