Menyusuri Sungai Sekonyer di Belantara Kalimantan, Bagaikan Amazon

Advertisement

Kalimantan penuh dengan rahasia yang membuat saya selalu penasaran untuk datang. Sungai Sekonyer di Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah menjadi target perjalanan wisata saya kali ini. Ini merupakan pintu masuk kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, terkenal sebagai habitat orang utan. Seru, serasa seperti di Sungai Amazon.

Sapaan Hangat Raja Udang

King Fisher yang sering ditemui sepanjang perjalanan
Burung King Fisher alias Raja Udang (c) Dody Wiraseto/Travelingyuk


Menyusuri sungai ini serasa berada di Sungai Amazon, Amerika Selatan. Kabut tipis serta sinar matahari yang menembus sela-sela pepohonan menjadi pembuka perjalanan yang menarik. Keseruan perjalanan ini dimulai dengan sapaan hangat burung-burung cantik di skekitar sungai. Sesekali teman seperjalanan saya memberitahu ketika ia melihat fauna menarik.

Burung King Fisher alias Raja Udang adalah salah satu hewan yang sering saya temui. Kapal-kapal wisatawan bersandar di tepian sungai, dilengkapi lensa kamera nan panjang untuk melihat secara khusus fauna menakjubkan di sungai bersejarah ini.

Sejarah Unik dan Menarik

Sungai ini punya sejarah tersendiri bagi masyarakat Kalimantan Tengah. Nama Sekonyer yang tidak biasa ternyata diambil dari nama kapal Belanda, Lonen Konyer. Kapal ini karam karena tembakan meriam para penjuang yang bersembunyi di rimbunan pohon nipah. Peristiwa itu terjadi di tahun 1948, ketika Tentara Belanda kembali berusaha menjajah dan menggempur basis- basis gerilyawan Indonesia. Sejak itu, sungai yang awalnya bernama Sungai Buaya ini diganti menjadi Sungai Sekonyer oleh masyarakat.

“Periode terbaik untuk menyusuri Sungai Sekonyer itu sebenarnya dari Mei sampai Oktober. Momennya saat musim kemarau karena peluang untuk melihat hewan-hewan liar lebih besar. Tapi kekurangannya di periode tersebut biasanya banyak orang,” ujar Yomie Kamale, pemandu saya selama menyusuri Sungai Sekonyer sekaligus menjelajahi pesona Taman Nasional Tanjung Puting.

Fasilitas Nyaman dan Memanjakan

Makan siang di tengah hutan yang masih alami
Makan siang di tengah belantara hutan (c) Dody Wiraseto/Travelingyuk

Naik kapal kelotok adalah satu-satunya cara menuju Taman Nasional Tanjung Puting. Meski demikian, fasilitasnya membuat saya nyaman selama mengarungi sungai.

Suasana susur sungai serasa di Sungai Amazon
Kapal kelotok menyusui Sungai Sekonyer (c) Dody Wiraseto/Travelingyuk

Selain ada kasur empuk, penumpang juga bisa menyantap makan siang nikmat di bagian belakang kapal. Ini adalah pengalaman santap siang terbaik dalam hidup saya. Di atas sungai dan di tengah belantara Kalimantan.

Habitat Orang Utan

Bekantan yang mendiami pesisir Sungai Sekonyer
Habitat Orang Utan (c) Dody Wiraseto/Travelingyuk

Sungai Sekonyer dan Taman Nasional Tanjung Puting jadi kombinasi tepat untuk berwisata. Apalagi Tanjung Puting sudah lama dikenal sebagai salah satu pusat Konservasi Orang Utan. “Tanjung Puting merupakan kota Orang Utan dunia karena studi pertama Orang Utan di sini 1971. Populasi terbanyak dunia,” ujar Yomie.

Selain Orang Utan, primata lain yang berada di daerah ini adalah kera ekor panjang, bekantan, beruk, lutung, serta kelasi atau monyet merah. Selain itu ada pula hewan nocturnal seperti Kukang dan Tarsius.

Orang utan yang bebas bergelantungan di belantara hutan Kalimantan

Teman Traveler bisa berkunjung ke Camp Leakey adalah untuk melihat proses feeding Orang Utan. Tapi ingat, kalian hanya bisa melakukannya mulai pukul 14:00-16:00.

Tempat pemberian makan orang utan di Camp Leakey
Tempat pemberian makan orang utan di Camp Lakey (c) Dody Wiraseto/Travelingyuk

Taman Nasional Tanjung Puting punya lima camp lain. Namun demikian hanya ada tiga camp yang dijadikan tempat pemberian makan orang utan. Selain Camp Lakey, ada Camp Tanjung Harapan dengan jadwal pemberian makan pada pukul 15:00 dan Camp Pondok Tanggui, setiap pukul 09.00. 

Trekking Malam Hari

Atmosfer belantara di malam hari (c) Dody Wiraseto/Travelingyuk

Setelah mengunjungi Camp Leakey, kapal kelotok saya bersandar di dermaga sederhana terbuat dari kayu ulin. Aktivitas selanjutnya adalah trekking malam hari untuk melihat hewan-hewan nocturnal. Harapan saya untuk melihat Tarsius semakin tinggi setelah pemandu trekking menunjukan foto hewan ini.

“Selain Tarsius adapula Tarantula, Leopard Planthopper, burung tempulu, semut pemakan daging, burung hantu dan kalajengking,” ujar Evawi, pemandu saya sepanjang perjalanan.

Sayangnya saya tidak beruntung menemukan Tarsius yang saya harapkan malam ini. Malam semakin larut, dan galaksi bimasakti terekam jelas lewat kamera digital saya. Momen tersebut jadi penutup wisata susur Sungai Sekonyer yang semakin mendunia. Sungguh pengalaman yang berkesan. Apakah Teman Traveler berminat mengikuti jejak saya?

Advertisement
Tags
Indonesia kalimantan Kotawaringin Barat Sungai Sekonyer Travelingyuk Wisata
Share