Rawon Nguling, Si Hitam Legendaris Eksis Sejak 1983

Advertisement

Malang punya banyak tempat makan yang menyediakan nasi rawon. Namun satu yang wajib dicoba di Kota Bunga adalah Rawon Nguling. Kuliner legendaris ini sudah memanjakan lidah pecinta rawon Malang sejak 1983.

Lantas bagaimana Rawon Nguling bisa terus eksis hingga sekarang? Kisah menarik apa saja yang terjadi di balik usaha kuliner yang telah melegenda ini? Yuk, kita simak ulasan berikut ini Teman Traveler.

Sejarah Rawon Nguling

Rawon nguling
Semangkuk Rawon Nguling (c) Dyah Kusuma Susanti/Travelingyuk

Sejarah Rawon Nguling bermula di Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan pada 1942. Awalnya, warung yang diberi nama Depot Lumayan tersebut menyajikan beragam menu. Namun yang kerap jadi favorit pelanggan adalah nasi rawon.

Karena lokasi depot berada di Kecamatan Nguling, banyak pelanggan menyebut Depot Lumayan sebagai Rawon Nguling. Hal ini membuat trade mark Rawon Nguling lantas mulai menguat. Tulisan Depot Lumayan sendiri sebenarnya masih ada, namun banyak orang sudah terlanjur familiar dengan nama Nguling.

Dirintis oleh Mbah Lik, Rawon Nguling kini sudah punya tujuh cabang, Lima di antaranya tersebar di Surabaya, serta masing-masing satu di Jakarta dan Malang. Sosok yang dipercaya mengurus warung cabang tersebut tak lain adalah adik-adik Mbah Lik. Sebagai pencetus usaha legendaris ini, ia lahir dengan 11 orang saudara.

Rawon Nguling di Malang sendiri dipelopori oleh Ibu Sri, salah satu adik Mbah Lik. Ia mulai tinggal di Kota Bunga sejak 1983, mengikuti perjalanan dinas suaminya yang berprofesi sebagai tentara.

Saat pertama kali menjejakkan kaki di Malang, Ibu Sri dan keluarga menempati sebuah rumah di jalan Lembang. Inilah yang menjadi awal dibukanya cabang anyar Rawon Nguling.

Sebagai tempat usaha, awalnya Ibu Sri mendapatkan bantuan dari salah seorang temannya. Ia diizinkan menggunakan ruang ganti Gedung Kesenian Wijaya Kusuma dekat alun-alun untuk berjualan. Lokasinya ada di Jalan Zainul Arifin no 62 dan tidak pernah bergeser hingga sekarang.

Seiring berjalannya waktu Gedung Kesenian Wijaya Kusuma tidak lagi digunakan. Ibu Sri lantas memutuskan untuk membelinya, setelah sempat dipugar tahun 1984. Gedung bagian depan dipugar menjadi ruko, sementara bagian tengahnya menjelma menjadi kediaman Ibu Sri dan keluarga.

Belakangan, gedung yang ditempati Warung Nguling masuk dalam daftar cagar budaya Malang. Uniknya, jika Teman Traveler berkunjung ke warung, tidak akan terlihat sama sekali jejak-jejak gedung kesenian di sana. Meski demikian, suasananya tetap terasa klasik dan beda.

Rahasia Racikan Rawon Nguling

Rawon Nguling legenda
Nasi Rawon Nguling dan lauk pauk pendamping (c) Dyah Kusuma Susanti/Travelingyuk

Rawon Nguling telah eksis di Malang sejak 1983 dan masih bertahan hingga kini. Semua proses masak berada di bawah pengawasan langsung Ibu Sri. Dibantu anak perempuan dan 20 orang karyawannya, sosok berusia 70 tahun tersebut dengan cermat mengontrol bumbu dan pembuatan semua menu.

Buka dari jam 07.00 hingga pukul 15.30, Depot Nguling juga menyediakan aneka ragam masakan Jawa Timur. Tak hanya rawon, pengunjung bisa menikmati beragam jenis hidangan lezat untuk sarapan maupun makan siang.

Hingga kini produksi rawon masih terus dilakukan tiap hari di depot. Dulunya masih menggunakan kayu bakar, namun kini beralih menggunakan kompor gas elpiji.

Meski demikian, proses pembuatan rawon masih konsisten seperti sejak Nguling awal buka di Malang. Alih-alih membiarkan kuah rawon diinapkan, kompor justru dibiarkan menyala terus-menerus dari pukul 15.00 hingga 24.00 dengan api besar. Mulai tengah malam hingga pukul 03.00, digunakan api sedang. Setelah itu, digunakan api kecil hingga pukul 05.00.

Ibu Sri sangat menjaga sekali keaslian resep menu masakan di Rawon Nguling. Beliau tidak pernah melakukan modifikasi dan terus mempertahankan racikan rempah-rempah dan kluwek segar yang khas. Hal ini dilakukan agar mendapat kuah rawon lezat yang jadi ciri khas Nguling.

Ragam Menu di Nguling

Rawon nguling gojek
Menu tanpa daftar harga (c) Dyah Kusuma Susanti/Travelingyuk

Selain menu andalan nasi rawon, warung ini juga menyediakan sajian khas Jawa Timur lainnya. Pengunjung bisa mencicipi rawon tutup dengkul, rawon buntut, nasi gule kambing, lodeh pecel, nasi pecel, nasi lodeh, dan banyak hidangan lezat lainnya.

Seporsi nasi rawon ditawarkan dengan harga Rp35.000, terdiri dari nasi, rawon, sambal, serta taoge. Kuahnya tidak terlalu hitam dan pekat. Potongan dagingnya besar dan empuk. Begitu masuk mulut, rasanya gurih dan lezat. Santap siang kami kala itu pun terasa sangat nikmat.

Rawon akan terasa kian mantap jika disantap bersama lauk pelengkap seperti tempe, mendol, perkedel, empal, paru, babat, otak, serta limpa. Teman Traveler juga bisa mendapatkan kerupuk udang atau kerupuk ikan di sini.

Menu minuman tersedia dalam varian panas dan dingin. Pengunjung bisa memilih antara es dawet, jeruk manis, jeruk nipis, jahe panas, kopi jahe, dan masih banyak lagi. Mereka juga menawarkan minuman tradisional seperti beras kencur dan es sinom.

Rawon Langganan Orang Terkenal

Tidak hanya wisatawan luar kota maupun warga lokal, sederet pejabat dan artis Indonesia juga menjadikan Rawon Nguling salah satu kuliner favorit mereka.

Menurut penuturan salah seorang pegawai Nguling, beberapa keluarga mantan Presiden RI memesan nasi rawon Nguling secara rutin hingga seminggu sekali. Bahkan sajian tersebut diminta untuk langsung dikirim ke Jakarta.

Hal tersebut tentu jadi salah satu bukti bahwa Rawo Nguling kini telah melegenda dan dikenal luas masyarakat. Kelezatannya sukses membius para penggemar rawon di seluruh Pulau Jawa.

Rawon nguling enak
Kopi Jahe di Rawon Nguling (c) Dyah Kusuma Susanti/Travelingyuk

Makan siang kami kala itu ditutup dengan menyeruput kopi jahe. Segar sekali dan terasa nikmat menghilangkan penat. Kami sudah mencoba menu nasi rawon di Rawon Nguling, kapan Teman Traveler menyusul ke sini?

Advertisement
Tags
kontributor kuliner malang Malang Travelingyuk wisata kuliner malang
Share