Jelajah Surga Alam NTT di Pulau Sabu, Pesonanya Abadi

Advertisement

Nusa Tenggara Timur punya banyak panorama alam luar biasa. Namun salah satu lokasi yang masih jarang diekspos adalah Pulau Sabu. Penasaran dengan sederet keindahannya? Simak penuturan kontributor Travelingyuk, Zulfikar Aleksandri, berikut ini.

Sekilas Tentang Pulau Sabu

Kelabba Maja, panorama alam yang menjadi ciri khas Pulau Sabu
Kelabba maja, panorama alam yang jadi ciri khas Pulau Sabu (c) Zulfikar Aleksandri/Travelingyuk

Pulau Sabu mungkin masih kalah populer dibandingkan destinasi lain di Nusa Tenggara Timur, seperti Taman Nasional Komodo atau Pulau Sumba. Meski demikian, pulau ini memiliki daya tarik wisata alam yang membuatnya layak masuk dalam bucketlist kamu.

Sabu dikenal juga dengan sebutan Sawu atau Savu. Penduduk setempat menyebutnya Rai Hawu, yang berarti ‘Tanah Hawu’ atau tanah orang Sabu. Pulau ini juga merupakan yang terbesar di Kabupaten Sabu Raijua, disusul Raijua dan Dana. Menurut cerita penduduk setempat, nenek moyang orang Sabu berasal dari Gujarat, India. Warga setempat menyebutnya Hura.

Pulau Sabu juga mendapat pengaruh Kerajaan Majapahit, yang menguasai Nusantara sekitar Abad 14 dan 15. Jejak Majapahit terlihat lewat keberadaan sebuah desa bernama Tana Jawa dan Molie, diambil dari bahasa Jawa ‘mulih’ (pulang). Motif tenun lokal pun ada yang bergambar menyerupai Pura, memberi kesan pengaruh Hindu.

Hal menarik lainnya terkait penemu benua Australia, Kapten James Cook. Sosok penting tersebut ternyata pernah singgah di Sabu pada tahun 1770. Saat itu Kapal HM Bark Endeavour terdampar di Sabu karena kehabisan perbekalan. Kapten James Cook lantas mendapatkan bantuan logistik dari penguasa pulau kala itu dan akhirnya bisa melanjutkan perjalanan ke Batavia.

Menuju Pulau Sabu

Pelabuhan Seba, akses utama transportasi laut di Pulau Sabu
Pelabuhan Seba, akses utama menuju Sabu via laut (c) Zulfikar Aleksandri/Travelingyuk

Secara geografis, Pulau Sabu terletak di antara Pulau Sumba dan Pulau Rote. Akses paling cepat dan mudah menuju Sabu adalah dari Kupang. Saat ini sudah ada penerbangan Susi Air dari Bandara El Tari menuju Bandara Terdamu di Pulau Sabu, namun rute ini belum dilayani oleh pesawat komersial.

Wisatawan dan warga lokal umumnya menggunakan Kapal Express Cantika untuk penyeberangan Kupang dan Sabu. Penyebrangan dilakukan tiap hari, dengan harga tiket VIP Rp260.000. Perjalanan menggunakan kapal cepat ini memakan waktu kurang lebih lima jam.

Alternatif lainnya adalah menggunakan kapal ferry Tungka. Moda transportasi ini berangkat tiap pukul 21.00, harga tiket Rp 250.000, dan lama penyeberangan 10 jam.

Best Time to Visit

Periode terbaik berkunjung ke Pulau Sabu adalah Maret sampai November. Hampir sama dengan pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur lainnya, Sabu identik dengan iklim panas, musim kemarau panjang, serta curah hujan rendah.

Dalam setahun, musim hujan di Sabu hanya berlangsung antara 15 sampai 70 hari. Tak heran bila sejauh mata memandang hanya tampak bukit-bukit kapur kering di pulau ini.

Selain identik dengan panas dan kering, Sabu yang letaknya berdekatan dengan benua Australia juga dipengaruhi oleh musim ‘angin barat’. Pada periode ini angin bertiup kencang dan ombak laut tinggi, sehingga mengganggu aktivitas nelayan dan penyeberangan.

Kelabba Maja, Grand Canyon-nya NTT

Formasi tebing kapur yang menjadi ciri khas Pulau Sabu di Kelabba Maja
Formasi tebing kapur yang khas (c) Zulfikar Aleksandri/Travelingyuk

Destinasi utama di Sabu tentu saja Kelabba Maja. Dijuluki sebagai Grand Canyon-nya Nusa Tenggara Timur, lokasi ini memiliki keunikan alam sekaligus nilai sakral yang dilestarikan masyarakat Pulau Sabu.

Deretan tebing kapur berwarna merah tua, pink coklat, putih, dan kelabu di sini diperkirakan terbentuk lebih dari 70 juta tahun yang lalu. Sabu sendiri merupakan percabangan dua jalur geantiklinal Busur Banda yang dikelilingi terumbu karang dengan ketinggian mencapai 300 mdpl. Salah satunya membentuk Kelabba Maja.

Menurut bahasa setempat, Kelabba Maja berasal dari kata ‘kelabba’, berarti tanah abu, dan ‘maja’, bermakna tempat para dewa. Warga setempat meyakini bahwa lokasi ini sebagai tempat berdiamnya Maja atau dewa bagi masyarakat Galanalalu di Desa Wadu Medi, Hawu Mehara.

Kelabba Maja meraih penghargaan sebagai destinasi terbaik tahun ini
Kelabba Maja sempat raih penghargaan (c) Zulfikar Aleksandri/Travelingyuk

Tiga batu besar di lokasi ini melambangkan sosok bapak, ibu dan anak. Di antara ketiga batu tersebut ada satu tempat yang dijadikan altar persembahan bagi Dewa Maja. Tiap purnama bulan Juli, warga setempat melakukan ritual pemotongan hewan kurban untuk memohon keselamatan dan kesuburan.

Akhir Oktober 2018 silam, Kelabba Maja dinobatkan sebagai Surga Tersembunyi Terpopuler dan meraih juara satu dalam Anugerah Pesona Indonesia (API) 2018. Hal ini menjadi momentum positif bagi pelaku wisata di Pulau Sabu untuk mempromosikan Kelabba Maja dan obyek-obyek wisata lainnya.

Goa Lie Madira

Goa ini hampir mirip dengan Goa Kristal di Kupang. Untuk masuk ke dalam goa, pengunjung harus lewat lorong kecil dan gelap sejauh kurang lebih 100 meter. Di dalamnya terdapat kolam air tawar yang dingin dan segar.

Desa Adat Namata

Desa adat Namata di Pulau Sabu
Suasana di Desa Adat Namata (c) Zulfikar Aleksandri/Travelingyuk

Desa Adat Namata mengingatkan saya pada beberapa desa adat di Flores dan Sumba. Uniknya desa ini memiliki sembilan batu besar yang dikeramatkan dan konon semuanya berasal dari laut.

Para pengunjung Desa Adat Namata bisa menyewa baju adat Sabu dan berfoto dengan latar belakang suasana kampung Namata, seperti yang bisa dilihat dalam foto di atas.

Danau Lederaga

Danau air payau di Pulau Sabu yang sepintas mirip Danau Wekuri di Sumba
Danau Lederaga, mirip Wekuri di Sumba (c) Zulfikar Aleksandri/Travelingyuk

Sepintas Danau Lederaga terlihat mirip dengan Danau Wekuri di Pulau Sumba. Namun setelah diperhatikan ulang, danau ini lebih kecil dan suasananya lebih sepi serta alami.

Lokasi Danau Lederaga memang sangat terpencil. Bahkan beberapa warga lokal yang saya temui pun tidak tahu lokasi danau air payau ini.

Pantai Lederaga

Sunset di Pantai Seba, tak jauh dari dermaga pelabuhan Seba
Sunset di Pantai Seba (c) Zulfikar Aleksandri/Travelingyuk

Sekitar 200 meter dari Danau Lederaga terbentang pantai dengan pemandangan barisan batuan karang identik menjulang tinggi. Dari lokas ini Teman Traveler bisa melihat jelas Pulau Raijua di sisi barat Pulau Sabu.

Pantai Seba

Berada di sekitar dermaga Pelabuhan Seba, pantai ini relatif landai dan bersih. Cocok untuk berenang karena ombak dan arusnya tak terlalu besar. Pantai Seba juga cocok untuk menghabiskan senja dan menikmati sunset.

Itulah sederet panorama alam memikat yang bakal menanti Teman Traveler di Pulau Sabu. Bagaimana, semuanya luar biasa memikat bukan? Jadi tunggu apa lagi, segera rencanakan liburan dan jangan sampai lewatkan indahnya keajaiban alam di NTT.

Advertisement
Tags
Nusa Tenggara Timur Travelingyuk wisata ntt wisata nusa tenggara timur
Share