Kisah Memilukan di Balik Rumah-rumah Cantik Bersejarah

Advertisement

Sejarah panjang kemerdekaan Indonesia, meninggalkan banyak cerita yang patut kita ketahui. Salah satunya adalah rumah-rumah bersejarah yang dulunya merupakan tempat pengasingan tokoh penting kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Soekarno dan Bung Hatta. Berkunjung ke rumah bersejarah ini, seperti mengingatkan kita semua untuk terus berjuang di era sekarang dengan bentuk yang berbeda. Jika kamu berencana untuk traveling ke daerah-daerah ini, jangan lupa untuk mampir ya ke rumah pengasingan yang masih dirawat ini.

Ende, Nusa Tenggara Timur

Rumah pengasingan Bung Karno di Ende yang di pertahankan bentuk aslinya [image source]
Rumah pengasingan Bung Karno di Ende yang di pertahankan bentuk aslinya [image source]
Sekitar tahun 1930-an, Ende adalah sebuah daerah yang penduduknya tidak lebih dari 5.000 kepala. Tidak ada perpustakaan umum dan hiburan apapun. Bung Karno mulai menjalani hari-hari di Ende pada tahun 1934. Tidak hanya diasingkan, pergerakan Soekarno dibatasi dengan cukup ketat. Bahkan setiap hari, Soekarno harus melapor ke pos militer belanda di Ende. Tapi dari situlah, Soekarno banyak menghabiskan waktu untuk merenung sampai pada akhirnya beliau menemukan gagasan awal Pancasila. Jika pada saat itu Ende adalah benar-benar daerah yang terpencil, tidak dengan Ende yang sekarang. Ende saat ini tampak jauh lebih hidup dari tahun dimana Soekarno diasingkan. Bahkan saat ini fasilitas pendidikan sudah cukup baik, terbukti dengan adanya Universitas Flores. Beberapa destinasi wisata seperti gunung dan Danau Kelimutu juga kerap kali menjadi destinasi traveling para pelancong.

sumur yang terdapat pada belakang bagian rumah [image source]
sumur yang terdapat pada belakang bagian rumah [image source]

Bengkulu, Pengasingan Soekarno

Tempat pengasingan Bung Karno bersama istri ketiganya [image source]
Tempat pengasingan Bung Karno bersama istri ketiganya [image source]
Setelah diasingkan di Ende pada tahun 1934, Bung Karno dipindahkan menuju Bengkulu pada tahun 1938. Ketika kali pertama menginjakkan kaki di Bengkulu, Bung Karno hidup seorang diri pada sebuah rumah milik seorang pedagang keturunan Tionghoa. Baru setelah beberapa saat kemudian istri ketiganya, Inggit Garnasih, datang dan menemani Bung Karno di rumah pengasingan yang berada di Jalan Soekarno-Hatta 8 Bengkulu. Saat ini rumah pengasingan Bung Karno ini menjadi salah satu ikon objek wisata sejarah di Bengkulu dan terbuka untuk siapa saja yang ingin datang untuk lebih mengenal sejarah Indonesia.

Bangunan milik pedagang keturunan Tionghoa yang ditempati Bung Karno [image source]
Bangunan milik pedagang keturunan Tionghoa yang ditempati Bung Karno [image source]

Bangka, Tempat Pengasingan Soekarno dan Hatta Pasca Kemerdekaan

Wisma Menumbing tampak depan [image source]
Wisma Menumbing tampak depan [image source]
Sepertinya tanjakan yang harus dilewati Soekarno dan Hatta belum juga habis walaupun kemerdekaan telah digenggam tangan. Pada desember 1948 Hatta didatangkan ke Bengkulu, berselang dua bulan kemudian februari 1949 Soekarno menyusul. Tapi keduanya tidak di tempatkan dalam satu lokasi yang sama. Hatta ditempatkan pada sebuah wisma di Bukit Menumbing. Sedangkan Soekarno di Kota Muntok. Wisma menumbing sendiri telah mengalami beberapa kali proses renovasi, karena pada tahun 1966 tempat ini pernah disewakan kepada pihak swasta. Salah satu peninggalan Hatta juga dapat ditemui pada wisma ini adalah sebuah mobil klasik dengan plat nomor BN 10 yang biasa digunakan Hatta untuk beraktivitas.

Mobil yang biasa digunakan Bung Hatta untuk kegiatan sehari-hari di Bangka [image source]
Mobil yang biasa digunakan Bung Hatta untuk kegiatan sehari-hari di Bangka [image source]

Banda Naira, Tempat Pembuangan Bung Hatta

Rumah Pengasingan Bung Hatta di Ende [image source]
Rumah Pengasingan Bung Hatta di Ende [image source]
Selain dikenal karena keindahannya, kepulauan Banda dikenal sarat akan kekayaan sejarah Indonesia. Bahkan kepulauan Banda adalah dataran Indonesia yang pertama kali dieksploitasi oleh Belanda. Jauh sebelum Batavia. Karena Kepulauan yang berada di dalam provinsi Maluku ini memiliki komoditas rempah seperti pala dan cengkeh yang menjadi incaran VOC. Selain itu, kepulauan yang memiliki biota laut yang indah ini menjadi tempat pembuangan untuk beberapa politikus Indonesia. Seperti Bung Hatta, Sutan Sjahrir, dan Dr. Tjipto Mangunkusumo. Sebelum diasingkan di Banda Naira, Hatta dan Sjahrir sempat dibuang ke Boven Digoel.

Kacamata-kacamata Bung Hatta yang disimpan di Rumah Ende [image source]
Kacamata-kacamata Bung Hatta yang disimpan di Rumah Ende [image source]
Rumah-rumah yang dulunya digunakan untuk pengasingan tersebut saat ini benar-benar dijaga dan dibuka untuk siapa saja yang ingin berwisata sekaligus mengenal sejarah Indonesia. Menarik bukan?

Advertisement
Tags
bagka Banda Naira HUT RI 72 Tahun Indonesia Maluku Sumatera
Share