Pecinan Semarang, Chinatown Kota Lumpia yang Penuh Sejarah

Advertisement

Jika Teman Traveler berkesempatan menjelajah wisata Kota Lumpia, sempatkanlah mampir ke Pecinan Semarang. Di kawasan ini kalian akan menemukan banyak klenteng dan warisan arsitektur Tionghoa menarik lainnya. Penasaran? Yuk, simak ulasannya berikut.

Peristiwa Geger Pecinan

img_20191026_162536_F7I.jpg
Salah satu sudut Pecinan Semarang (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Terbentuknya Pecinan Semarang tak terlepas dari Geger Pecinan di Batavia (Jakarta tempo dulu) pada 1740. Kala itu warga Tionghoa memberontak pada penguasa Belanda. Buntut dari tragedi tersebut, banyak penduduk keturunan Tiongkok melarikan diri ke sepanjang pantai utara Jawa hingga akhirnya sampai di Semarang.

Hingga 1743, pemberontakan masih terus berlangsung hingga akhirnya mampu dihentikan total oleh tentara Belanda. Pemerintah kolonial lantas memutuskan untuk mengumpulkan warga Tionghoa dalam satu lokasi. Setelah sempat menempati daerah Simongan dekat Klenteng Sam Poo Kong, mereka kemudian dipindah ke Kali Semarang hingga akhirnya dikenal sebagai kawasan Pecinan sampai sekarang.

Delapan Buah Klenteng

img_20191026_172301_qO3.jpg
Klenteng Hoo Hok Bio (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Jika diurutkan dari Jalan Gang Lombok, Teman Traveler akan menemukan banyak klenteng di Pecinan Semarang. Mulai dari Tay Kak Sie, Tong Pek Bio, Ling Hok Bio, Tek Hay Bio, Hwie Wie Kiong, Sie Hoo Kiong, Sioe Hok Bio, dan Hoo Hok Bio. Jarak antar bangunan peribadatan tersebut hanya sekitar 150-400 meter. Jadi, kalian bisa menyambangi semuanya hanya dengan berjalan kaki.

cats_hVg.jpg
Tempat sembahyang dan ornamen di Klenteng Tay Kak Sie (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Berada di Semarang Tengah, kawasan Pecinan meliputi Jalan Gang Lombok, Gang Pinggir, Kalikuping, Sebandaran, dan Gang Baru. Deretan klenteng di sini tak hanya boleh diintip dari luar, namun juga bisa diamati langsung dari dalam. Namun jangan lupa meminta izin dulu pada petugas yang berjaga ya.

Tay Kak Sie, Istana Para Dewa

img_20191026_174049_nSV.jpg
Laksamana Cheng Ho di Klenteng Tay Kak Sie (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Klenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok merupakan yang tertua di Pecinan Semarang. Dibangun pada 1771, tempat peribadatan megah ini sering disebut sebagai Istana para Dewa.

img_20191026_155528_Uqp.jpg
Tempat sembahyang di Tay Kak Sie (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Sebutan tersebut diberikan lantaran jumlah dewa yang disembah di sini paling lengkap dibanding klenteng lain. Bahkan jauh melebihi Klenteng Sam Poo Kong. Di sini Teman Traveler juga bisa melihat gagahnya patung Sam Poo Tay Djien alias Laksamana Cheng Ho.

Pompa Air di Klenteng Tek Hay Bio

img_20191026_163025_zL5.jpg
Pompa air tradisional (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Keunikan lain bisa Teman Traveler temukan di Klenteng Tek Hay Bio. Di sini kalian akan melihat sebuah pompa air tradisional yang sudah ada sejak pertama klenteng dibangun. Hebatnya, alat ini masih berfungsi baik hingga sekarang. Konon dulunya masyarakat sekitar klenteng sering mengambil air bersih dari sini.

Empat Patung Kera di Klenteng Sie Hoo Kiong

img_20191026_165742_nMT.jpg
Empat patung kera (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Sebagai klenteng termuda di Pecinan Semarang, bangunan yang didirikan pada 1881 ini juga memiliki keunikan tersendiri. Di tempat ibadah yang berada di Jalan Sebandaran ini, Teman Traveler akan menemukan empat patung kera berjejer di samping pintu masuk, dengan posisi tangan berbeda satu sama lain.

img_20191026_165855_MYj.jpg
Klenteng Sie Hoo Kiong dari depan (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Posisi tangan masing-masing patung digambarkan menutupi bagian telinga, mulut, kemaluan, dan mata. Hal ini melambangkan filosofi agar manusia senantiasa menjaga pendengaran, tutur kata, kemaluan, dan penglihatan semasa hidup.

Pasar Semawis

img_20191026_173357_OGe.jpg
Pedagang Pasar Semawis bersiap membuka lapak (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Sebelum meninggalkan kawasan pecinan, Teman Traveler bisa mampir kulineran dulu di Pasar Semawis. Kalian bisa menemukannya di sepanjang Jalan Gang Warung. Di sini tersedia beragam makanan, minuman, dan oleh-oleh Semarang. Mulai dari yang halal hingga non-halal.

Sayangnya, pasar ini hanya buka akhir pekan, mulai pukul 18.00 hingga tengah malam. Jadi, pastikan Teman Traveler mampir di momen yang tepat ketika hendak berkunjung ke sini.

Itulah sedikit cerita menarik dari Pecinan Semarang, kawasan yang sayang banget untuk Teman Traveler lewatkan. Jangan lupa mampir jika sedang menjelajah wisata Semarang ya.

Advertisement
Tags
Indonesia Jawa Tengah kontributor pecinan semarang semarang Travelingyuk wisata semarang
Share