Omed Omedan, Tradisi Unik Menjalin Keakraban Pasca Nyepi

Advertisement

Bali selalu menawan dengan budaya dan tradisinya yang khas. Sehari setelah Nyepi (ngembak geni), masyarakat di Pulau Dewata akan melakukan beragam ritual. Jenisnya berbeda-beda, tergantung wilayah dan kebiasaan masing-masing.

Salah satu yang unik adalah kebiasaan warga Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar. Mereka akan menggelar ritual omed-omedan, tarik-tarikan dalam Bahasa Bali. Tradisi ini sudah ada sejak lama dan terus dilangsungkan sehari pasca Nyepi.

Pesertanya pun ini pun tidak sembarangan, pemuda-pemudi asli daerah usia 17-30 tahun dan belum menikah. Mengapa syaratnya seperti itu? Yuk, simak uniknya tradisi omed-omedan dalam ulasan berikut ini.

Berawal dari Kemunculan Babi Hutan

Tradisi omed-omedan via Instagram.com/wasistojati

Tradisi omed-omedan konon baru digelar kembali ketika muncul dua ekor babi hutan di Banjar Kaja. Dua hewan tersebut saling bertarung dan masyarakat sekitar menganggapnya sebagai pertanda akan hal kurang baik.

Para tetua lantas mengundang anak-anak muda setempat untuk kembali melaksanakan tradisi omed omedan. Semenjak peristiwa ini, omed-omedan tak pernah absen meramaikan rangkaian Hari Raya Nyepi. Ritual ini dilaksanakan dengan harapan bisa menghindarkan desa dari malapetaka.

Bukan Tradisi Ciuman

Kemeriahan tradisi omed-omedan via Instagram.com/iwan_alrizqi

Pemuda dan pemudi desa akan dibagi menjadi dua kelompok. Mereka lantas bergerak menuju pura desa untuk melakukan persembahyangan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar acara berjalan lancar. Berikutnya ritual akan dilanjutkan pertunjukan barong bangkung (barong babi), sekaligus untuk mengenang peristiwa yang dulu pernah terjadi di desa ini.

Menjelang omed-omedan dimulai, dua perwakilan dari masing-masing kelompok akan diarak ke barisan depan. Mereka lantas menunggu aba-aba dari pecalang (polisi adat) untuk saling berhadapan dan berpelukan. Sejurus kemudian, rekan-rekan dari kelompoknya akan menyirami air hingga muda-mudi yang berpelukan tersebut terlepas.

Ketika berpelukan, jarang kedua perwakilan tersebut beradu kening, pipi, bahkan bibir. Hal ini membuat tradisi omed-omedan memancing kontroversi karena dianggap sebagai tradisi ciuman. Padahal maksud awalnya bukan seperti itu.

Keseruan kala omed-omedan via Instagram.com/iwan_alrizqi

Dari tahun ke tahun, penyelengaraan tradisi ini selalu dibanjiri penonton. Baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara. Semua tertarik menyaksikan ritual adat yang tergolong sangat unik ini.

Di kedua sisi jalan, Teman Traveler akan melihat barisan fotografer berlomba-lomba mengabadikan momen unik setahun sekali ini. Jika kalian ingin ikut memotret, hati-hati. Jangan sampai salah langkah karena bisa jadi kamera kalian justru terkena siram air.

Masyarakat Banjar Kaja pun mulai menyadari betapa besar nilai wisata dalam tradisi ini. Ritual unik tahunan ini sekarang dikemas lebih menarik dengan nama Heritage Omed Omedan Festival.

Itulah sekilas ulasan mengenai omed-omedan, tradisi unik di Bali pasca Nyepi. Jika kamu berencana mengunjungi Pulau Dewata dalam waktu dekat, jangan sampai melewatkan kesempatan untuk melihat ritual unik satu ini.

Advertisement
Tags
Bali kontributor Travelingyuk wisata bali
Share