Traveling memiliki banyak efek positif dalam kehidupan. Selain dinilai mampu memberikan efek relaksasi, kegiatan ini ternyata juga dapat membuat pelakunya terhindar dari berbagai macam penyakit. Seperti penelitian oleh Roger Dow dalam The Journal yang menyebutkan traveling dapat menjaga kesehatan fisik maupun kognitif.
Namun, sakit memang sesuatu yang sulit diprediksi. Terlebih lagi penyakit yang tidak terlalu nampak gejalanya, seperti stroke. Dari data penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga menyebutkan, di bawah usia 50 tahun terdapat 53,3% laki-laki dan 46,7% perempuan yang menderita penyakit tersebut. Indonesia sendiri menempati posisi ke lima di Asia dengan penderita usia 15-59 tahun.
Gaya hidup adalah salah satu faktor yang menyebabkannya. Gejala seperti darah tinggi, kolesterol, stress dan obesitas dapat memicu stroke. Sebagai manusia, yang dapat dilakukan adalah mencegah agar kondisi badan tetap terjaga. Namun, sudah tahu bagaimana kaitan traveling dengan pencegahaan penyakit ini?
Dilansir dari The Journal (2013), sebuah penelitian dengan 12.000 responden pria menemukan bahwa mereka yang traveling lebih sedikit terkena penyakit jantung dan stroke. Aktivitas yang dilakukan selama perjalanan juga berpengaruh terhadap metabolisme tubuh. Misalnya, kandungan kolesterol yang mengendap di tubuh menguap bersama keringat ketika mendaki gunung. Level stress juga menurun ketika melakukan liburan beberapa hari di pantai.
Dengan menurunnya level kejenuhan, otomatis membuat emosi juga turut meredam. Sehingga resiko untuk terkena stroke ikut berkurang, emosi yang tinggi juga salah satu penyebab terbesar dalam penyakit ini. Maka, traveling menjadi salah satu kegiatan yang dapat mengurangi resiko terserang stroke. Badan yang aktif dan selalu bergerak dalam perjalanan juga menjadi salah satu pencegah penyumbatan pembuluh darah. Bagaimana? Sudah memiliki agenda traveling dalam waktu dekat?