Uniknya Masjid Tiban Wonokerso, Lebih Tua dari Indonesia!

Advertisement

Masjid masa kini memiliki desain mewah dan menakjubkan. Lantainya licin dan berkilau, dilengkapi karpet empuk nan wangi. Siapapun jadi betah berlama-lama. Namun pernahkah Teman Traveler masuk ke masjid yang usianya lebih tua dari Indonesia? Sensasi berbeda bisa Teman Traveler rasakan dengan menyambangi Masjid Tiban Wonokerso.

Masjid Tiban Wonokerso (c) Layangseta/Travelingyuk

Lokasinya ada di Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri. Tak sekedar tua, bangunan ibadah ini bahkan sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Lantas apa saja keiistimewaan lainnya? Yuk, simak ulasan berikut.

Asal Nama Tiban

Salah satu pilar masjid (c) Layangseta/Travelingyuk

Tiban bukan nama orang atau kata dari Bahasa Arab. Namun sebutan ini memiliki latar belakang sejarah yang cukup menarik. Menurut keterangan di halaman depan masjid, di tengah masa perjuangan Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) dan anak buahnya tengah melarikan diri dari kejaran Belanda dan Kartasura.

Begitu sampai di tempat ini, mereka bersembunyi di semak belukar. Anehnya, pihak Belanda dan Kartasura tak bisa menemukan keberadaan mereka. Padahal jaraknya hanya beberapa meter saja.

Sejurus kemudian, Pangeran Sambernyawa baru menyadari bahwa mereka sedang bersembunyi di kolong masjid kuno. Kala itu beliau tak mengetahui secara pasti siapa yang membangun masjid di tengah hutan ini. Beliau lantas menyebutnya dengan istilah Tiban atau datang secara tiba-tiba dalam Bahasa Jawa.

Begitu Raden Mas Said selamat dan kembali ke keraton, beliau meminta anak buahnya untuk kembali ke masjid dan membuka perkampungan dengan bernama Wonokerso. Tujuannya adalah untuk melestarikan keberadaan masjid yang telah menyelamatkan hidup Pangeran Sambernyawa.

Lebih Tua dari Indonesia

Salah satu sudut di Masjid Tiban (c) Layangseta/Travelingyuk

Negara Kesatuan Republik Indonesia baru terbentuk pada tanggal 17 Agustus 1945, namun wisata Wonogiri sudah ada jauh sebelum masa itu. Menurut penelitian, bangunan kuno ini didirikan ada zaman akhir Majapahit dan awal Kerajaan Demak. Di sekitar masa perjuangan Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Jawa.

Pada tahun 1479 (berdasarkan keterangan yang tercantum di hiasan penyu di mahkota masjid), Sunan Kalijaga dan beberapa anggota Wali Songo dikisahkan tengah kesulitan menemukan kayu jati yang cocok untuk membangun Masjid Demak.

Salah satu hiasan masjid (c) Layangseta/Travelingyuk

Sunan Kalijaga lantas disebut mengetahui keberadaan pohon seperti yang ia inginkan berada di Hutan Donoloyo, milik Ki Ageng Donoloyo, di Wonogiri. Maka berangkatlah mereka ke hutan yang dimaksud. Di tengah perjalanan, Wali Songo membangun masjid sebagai tempat peristirahatan dan rumah tinggal sementara.

Semua Terbuat dari Kayu

Masjid terbuat dari kayu (c) Layangseta/Travelingyuk

Masjid ini dahulu seluruhnya terbuat dari kayu jati. Mulai dari atap hingga lantai. Menurut sejarah, daerah sekitar masjid dulunya merupakan area hutan jati yang sangat lebat. Uniknya lagi, masjid ini sama sekali tidak menggunakan paku. Hanya menggunakan pasak untuk melekatkan potongan kayu satu dengan lainnya.

Setelah renovasi, ada beberapa bagian masjid yang diubah. Salah satunya adalah atap berbahan genteng biasa, meski tidak mengubah model aslinya.

Pintu Masuk Tunggal nan Mungil

Pintu masuk tunggal (c) Layangseta/Travelingyuk

Satu lagi keunikan masjid ini adalah pintu masuknya yang sempit dan pendek. Pengunjung harus sedikit membungkuk jika ingin melihat bagian dalam masjid. Menurut para sesepuh di sana, hal tersebut memiliki makna agar semua orang selalu menghormati keberadaan Masjid Tiban.

Miniatur Masjid Demak

Desain unik di dalam masjid (c) Layangseta/Travelingyuk

Bangunan ini memiliki desain hampir sama dengan Masjid Agung Demak, Konon masjid ini merupakan maket atau versi miniatur, sebagai patokan untuk membangun Demak. Desainnya mirip rumah panggung dengan lantai kayu. Bagian dalam diperkuat dengan empat pilar (soko).

Pengunjung juga bisa menemukan mimbar dengan tempat duduk. Uniknya, posisi imam di sini lebih rendah dibanding para makmum. Sayangnya, tak ada yang tahu pasti apakah ada tujuan khusus di balik desain ini. Selain itu, di sekujur bangunan terdapat sederet ukiran unik dan hiasan menarik di puncak masjid.

Hingga kini masyarakat sekitar masih menggunakan masjid ini sebagaimana mestinya. Beberapa pengunjung dari luar kota juga kerap berdatangan ke sini, terlihat dari informasi yang tercantum di buku tamu. Ada yang memang ingin berwisata religi, ada juga yang mampir untuk sekedar beristirahat.

Itulah sekilas ulasan mengenai Masjid Tiban Wonokerso. Jika Teman Traveler sedang dalam perjalanan keliling wisata Pacitan, tak ada salahnya menyempatkan untuk mampir guna melaksanakan salat atau beristirahat sejenak. Tak ada biaya atau tiket masuk, hanya ada kotak amal yang bisa diisi secara sukarela.

Advertisement
Tags
Indonesia kontributor Travelingyuk Wisata Wonogiri Wonogiri
Share