Mampir ke Kampung Kauman Semarang, Sejarahnya Bikin Tercengang

Advertisement

Gedung Lawang Sewu dan Klenteng Sam Poo Kong merupakan dua destinasi sejarah favorit di Semarang. Keduanya seolah jadi wisata wajib yang pantang dilewatkan di Kota Lunpia. Namun jangan salah Teman Traveler, kawasan Kampung Kauman nyatanya juga simpan kisah masa lampau menarik lho.

Berada di sekitaran pusat kota, Kampung Kauman punya kisah sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Bahkan jangan kaget jika nantinya Teman Traveler sampai tercengang usai mengetahui faktanya. Penasaran? Yuk, simak pengalaman saya saat jalan-jalan ke sana.

Asal Mula Nama Kauman

Pondok pesantren di Kauman (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Konon, istilah ‘kauman’ muncul dari istilah bahasa Jawa yaitu nggone wong kaum. Artinya kurang lebih tempat para kaum alias pemuka agama. Hal sedikit banyak terbukti dari sejumlah pondok pesantren yang ada di sekitar Kampung Kauman Semarang.

Sekedar informasi, Kampung Kauman tidak hanya bisa ditemukan di Semarang. Teman Traveler juga bisa mengunjungi kampung serupa di sejumlah kota di Pulau Jawa, mulai dari Jogja, Solo, Surabaya, Sidoarjo, Banyuwangi, hingga Pekalongan.

Rumah kuno di Kampung Kauman (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Uniknya Wilayah Kauman

Rumah kuno, dibangun tahun 1925 (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Menempati daerah perkampungan di Kelurahan Kauman, Kecamatan Semarang Tengah, destinasi bernuansa sejarah ini memiliki sederet rumah kuno. Usianya ada yang puluhan atau bahkan ratusan tahun. Hunian yang sebagian besar terbuat dari kayu tersebut dihuni warga dari beragam etnis, mulai pribumi, Melayu, Tionghoa, hingga Arab.

Gang sempit yang kerap dilalui warga (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Keunikan lain Kampung Kauman ini adalah gang-gang sempit yang membelah kawasannya. Masing-masing diberi nama khusus dan rupanya memiliki makna tersendiri. Teman Traveler bisa perhatikan papan penanda khusus yang ada di tiap-tiap gang.

Kauman Krendo (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Sebagai contoh Kauman Pompo. Nama pompo menunjukkan bahwa di lokasi tersebut terdapat pompa yang jadi salah satu sumber air utama bagi warga Kampung Kauman. Ada pula Kauman Krendo.

Kata krendo dalam Bahasa Jawa memiliki arti keranda. Hal ini menunjukkan bahwa dulunya kampung kecil ini berfungsi sebagai tempat menyimpan peti jenazah. Wah, menarik sekali ya!

Alun-alun Semarang

Lokasi bekas alun-alun kota Semarang (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Mungkin tak banyak yang tahu bahwa sekitaran Kampung Kauman merupakan lokasi sesungguhnya alun-alun Semarang. Berbeda dengan anggapan selama ini, yang merujuk Simpang Lima sebagai titik pusat Kota Lumpia.

Alun-alun Semarang saat upacara kemerdekaan Indonesia (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Dulunya Alun-alun Semarang berada di Jalan K.H. Agus Salim, sekitar 600 meter dari kawasan Kampung Kauman. Seiring berkembangnya kegiatan perdagangan pada tahun 1930-an, alun-alun tersebut harus menyerah pada pembangunan gedung dan bangunan komersil di sekitarnya.

Meski kini alun-alun tersebut sudah tak lagi tersisa bekasnya, Teman Traveler masih bisa mampir ke Masjid Agung Kauman. Bangunan ibadah ini merupakan satu-satunya saksi bisu keberadaan Alun-alun Semarang versi lawas.

Masjid Agung Kauman

Masjid Agung Kauman versi tempo dulu (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Sesuai tata kota zaman dulu, lokasi sebuah alun-alun kota pasti berdekatan dengan masjid besar dan pusat pemerintahan. Hal ini terbukti dengan keberadaan Masjid Agung Kauman di sekitar bekas alun-alun kota Semarang.

Berdiri megah di antara bangunan komersil dan gedung perkantoran, Masjid Agung Kauman ini didirikan pada tahun 1170 Hijriyah atau 1749 Masehi. Sudah berusia ratusan tahun, konon keaslian gapura utama masjid ini masih dipertahankan hingga kini.

Bangunan ibadah berukuran besar ini kerap dipadati jemaah dari berbagai daerah. Tak jarang ada juga turis asing berkunjung karena penasaran ingin mengetahui tentang sejarah Semarang.

Interior masjid (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Fakta menarik lain dari Masjid Agung Kauman adalah satu-satunya masjid di Nusantara yang berani umumkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sekitar satu jam setelah proklamasi oleh Ir. Soekarno, salah seorang jemaah bernama dr. Agus mengumumkan peristiwa bersejarah tersebut di mimbar masjid.

Keberanian dr. Agus tentu lantas menyulut kegeraman tentara Jepang. Ia sempat jadi pelarian di Batavia (Jakarta), sebelum akhirnya tewas di tangan tentara Dai Nippon.

Nah, menarik bukan mengupas sejarah Semarang lewat Kampung Kauman? Ayo, mampir ke sini jika Teman Traveler sedang keliling wisata Semarang ya.

Advertisement
Tags
kampung kauman semarang kontributor semarang Travelingyuk wisata semarang
Share