Gunung Merbabu via Wekas, Berkesan dan Tak Terlupakan

Advertisement

Dari sekian banyak gunung di Jawa, Gunung Merbabu jadi favorit saya sejauh ini. Saya sendiri lahir di Semarang, kota yang dikelilingi banyak gunung keren seperti Merapi, Andong, Telomoyo, dan Sindoro. Namun entah mengapa, Merbabu selalu terasa istimewa, rasanya ingin terus kembali.

Nah, kali ini saya akan menceritakan pengalaman mendaki Gunung Merbabu via Wekas. Bersama rekan-rekan, ada banyak keseruan yang saya dapatkan sepanjang perjalanan, sebelum kami akhirnya sampai di tujuan. Seperti apa? Yuk, simak bersama.

Pendakian Lewat Jalur Favorit

Mendaki via Wekas (c) Maulana Adieb/Travelingyuk

Bersama enam rekan, siang itu saya memulai perjalanan mendaki Merbabu via Wekas. Sebenarnya ada beberapa jalur yang bisa digunakan oleh pendaki, selain Wekas masih ada Cunthel, Thekelan, Gancik, Selo, dan Suwanting. Selo merupakan jalur paling populer, namun kala itu saya lebih memilih Wekas, yang secara pribadi merupakan jalur favorit saya.

Kami menuju basecamp Wekas menggunakan sepeda motor. Tepat pukul 10.00, kami meluncur dari Semarang dan sampai di tujuan sekitar pukul 12:30. Usai beristirahat sejenak dan melakukan packing, sekitar pukul 14.00, kami memulai pendakian.

Senja Indah di Pegunungan

Senja di tengah perjalanan (c) Maulana Adieb/Travelingyuk

Track dari basecamp ke pos 1 belum terlalu terjal. Kami disuguhkan indahnya panorama sawah milik warga. Dari kejauhan nampak deretan tumbuhan seperti kol, seledri, selada, dan masih banyak lagi. Berjalan di sekitar sini rasanya sangat menyenangkan. Namun demikian, jalur aspal yang cukup terjal membuat nafasku terengah-engah. 

Di awal-awal pendakian masih terasa sangat adem karena lingkungan sekitar dikelilingi pepohonan. Selang satu jam, kami lantas sampai di Pos 1. Di sini terdapat shelter yang bisa digunakan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pendakian.

Perjalanan menuju Pos 2 (c) Maulana Adieb/Travelingyuk

Pukul 15:30, kami bersiap melanjutkan pendakian. Kali ini jalurnya sudah hanya berupa permukaan tanah biasa dan sudah makin terjal. Kami sedikit bergegas karena di Pos 2 rencananya kami bakal mendirikan tenda. Tempatnya sangat ideal karena terdapat mata air di sekitarnya.

Kala itu permukaan tanah sedikit berpasir sehingga debu bertebaran setelah diinjak. Kebetulan memang kami melakukan pendakian saat musim kemarau. Cuaca kala itu sangat cerah, sepanjang perjalanan menuju Pos 2 angin tak terlalu kencang. Perlahan, pemandangan indah senja khas pegunungan nampak di depan mata.

Pemandangan indah di sekitar Merbabu
Pemandangan indah di sekitar Merbabu (c) Maulana Adieb/Travelingyuk

Sekitar pukul 17.30, kami sampai di Pos 2. Kakiku sudah mulai pegal. Perjalanan memang memakan waktu cukup lama karena kami sering berhenti untuk istirahat. Namun lantaran hari mulai gelap, kami bergegas mendirikan tenda dan memasak untuk mengisi perut.

Sekitar pukul 21.00, kami bersiap tidur. Tenaga harus dipulihkan karena rencananya pendakian bakal dilanjutkan kembali pukul 03.00.

Indahnya Mentari Pagi

Mentari pagi di sekitar Merbabu (c) Adieb Maulana/Travelingyuk

Setelah memejamkan mata, tak terasa jam telah menunjukkan pukul 03.00. Kami langsung bersiap melanjutkan perjalanan ke Pos 3. Jalurnya masih tertutup, namun tampak bukit di sisi samping. Cukup menguras tenaga lantaran permukaan tanah sudah lumayan terjal. Apalagi cuaca kala itu cukup dingin.

Langkah demi langkah kami lalui hingga akhirnya sampai di sebuah tempat terbuka. Dengan jelas kami bisa melihat indahnya sabana hijau, gunung Sindoro, Sumbing, dan panorama lain di sekitar Merbabu. Cantiknya mentari fajar melengkapi pemandangan kala itu.

Perjalanan Pulang

Indahnya panorama dari ketinggian (c) Maulana Adieb/Travelingyuk

Usai puas menikmati pemandangan sekitar, saya dan kawan-kawan memutuskan turun ke Pos 2 dan bersiap-siap packing. Kami tak meneruskan perjalanan hingga puncak lantaran badan sudah mulai lemas. Meski demikian, petualangan kami kala itu cukup menyenangkan.

Gazebo untuk beristirahat (c) Maulana Adieb/Travelingyuk
Vegetasi di sekitar Merbabu (c) Maulana Adieb/Travelingyuk

Pukul 13.00, kami sudah turun. Tanpa buang waktu, kami lantas memasak makan siang dan mulai melakukan packing. Setelah kembali ke basecamp, kami lantas langsung pulang ke Semarang.

Itulah sedikit pengalaman saya mendaki Gunung Merbabu via Wekas. Benar-benar sebuah perjalanan yang menyenangkan. Bagi saya, wisata Semarang ini selalu meninggalkan kenangan yang amat dalam. Bagaimana, Teman Traveler tertarik mengikuti jejak saya?

Advertisement
Tags
kontributor semarang Travelingyuk wisata semarang
Share