Eksplorasi Goa Cokro, Petualangan Jelajah Perut Bumi ala Jules Verne

Advertisement

Jules Verne pernah menelurkan karya fiksi ilmiah berjudul ‘Journey to the Center of the Earth’. Penulis terkenal asal Prancis itu mengisahkan serunya petualangan seorang profesor menjelajah perut bumi. Lebih dari satu setengah abad setelah buku tersebut terbit, sensasi serupa kini bisa kita rasakan di Goa Cokro Gunungkidul.

Goa Cokro adalah gua vertikal dengan kedalaman sekitar 20 meter. Lokasinya berada di Dusun Blimbing, Desa Umbulrejo, Gunungkidul. Travelingyuk sempat merasakan sendiri keseruan menjelajah salah satu situs yang menjadi bagian dari Geopark UNESCO ini.

Gerbang Masuk yang Menguji Nyali

Mendapat pengarahan dari Penasihat Spiritual Bariono
Mendapat pengarahan dari Penasihat Spiritual Bariono (c) Travelingyuk/Rero Rivaldi

Ada dua ‘gerbang’ yang bisa digunakan untuk masuk ke Goa Cokro, atau biasa disebut penduduk sekitar sebagai Luweng Cokro. Dua-duanya berbentuk lubang dengan ukuran kurang lebih dua kali satu meter di atas permukaan tanah. Namun untuk alasan keamanan, pengelola hanya membuka satu akses masuk.

Mengenakan peralatan keamanan
Mengenakan peralatan keamanan (c) Travelingyuk/Rero Rivaldi

Pengunjung yang berniat menjelajah gua ini wajib mengumpulkan nyali sebanyak mungkin. Sebab untuk masuk ke dalamnya kita akan digantung dengan seutas tali dan diturunkan perlahan-lahan dari pintu masuk hingga mencapai dasar gua.

Sebelum ‘terjun’, Travelingyuk sempat mendapat arahan mengenai peralatan dan standar keamanan yang diklaim sudah sesuai ketetapan Internasional. Kami juga menerima sejumlah petunjuk dari guru spiritual setempat bernama Bariono, terkait sejumlah fenomena tak kasat mata yang mungkin terjadi selama eksplorasi.

Sinar Surgawi nan Memukau

Meluncur ke dalam gua
Meluncur ke dalam gua (c) Travelingyuk/Bagas Yudhiswa

Begitu selesai mengenakan harness, boot, dan helm pengaman, Travelingyuk langsung mengumpulkan keberanian dan berjalan menuju pintu masuk gua. Setelah mendapat beberapa petunjuk singkat, pengelola kemudian mulai menurunkan kami perlahan.

Hanya butuh waktu lima menit sebelum Travelingyuk menjejakkan kaki di Goa Cokro Gunungkidul, namun sensasinya sungguh luar biasa – berdebar-debar bercampur antusias. Keberanian yang dikumpulkan pun seolah terbayar lunas dengan pemandangan yang disajikan.

Pancaran sinar surgawi
Pancaran sinar surgawi (c) Travelingyuk/Bagas Yudhiswa
Berfoto di bawah pancaran sinar
Berfoto di bawah pancaran sinar (c) Travelingyuk/Rero Rivaldi

Sinar matahari yang masuk dari permukaan tanah membentuk berkas sinar lurus, bagaikan terpancar langsung dari surga. Suasana di dalam gua pun jadi terasa kian magis, bagaikan sudah benar-benar menembus bagian terdalam perut bumi.

Dinding Gua Berhiaskan Batik Alam

Menjelajah gua dengan penerangan senter
Menjelajah gua dengan penerangan senter (c) Travelingyuk/Rero Rivaldi

Travelingyuk ditemani dua orang di Goa Cokro Gunungkidul. Salah seorang bertindak sebagai pemandu, sementara satunya lagi adalah Nugroho Catur Warsono, ketua kawasan Desa Wisata Umbulrejo. Kami kemudian diajak berkeliling mengeksplorasi beragam keindahan yang ada di dalam gua.

Goa Cokro berisi bebatuan unik
Goa Cokro berisi bebatuan unik (c) Travelingyuk/Bagas Yudhiswa

Beragam kejutan menarik menyambut kami, mulai dari batuan alam berbentuk mirip kepala singa, gugusan stalaktit dan stalakmit menawan, hingga bagian gua berbentuk bilik yang disebut sebagai ‘Kamar Pengantin’. Konon lokasi ini menjadi tempat penyimpanan beragam benda dan senjata pusaka tak kasat mata.

Dinding gua dengan guratan indah
Dinding gua dengan guratan indah (c) Travelingyuk/Bagas Yudhiswa

Namun yang paling menawan adalah salah satu dinding gua yang dihiasi motif alami berupa garis-garis gelombang indah. Mirip seperti dalam lukisan ‘The Scream’ karya Edvard Munch. Rencananya, pemerintah daerah Gunungkidul akan menjadikan guratan alam ini sebagai ‘Motif batik geopark’.

Digemari Bule Hingga Kisah Misterius

Menjelajah gua dibantu pemandu
Menjelajah gua dibantu pemandu (c) Travelingyuk/Bagas Yudhiswa

Selesai menjelajah Goa Cokro dan kembali ke permukaan, Travelingyuk lantas menyempatkan berbincang dengan Catur. Menurutnya, lokasi wisata yang dibuka sejak 2010 ini masih relatif kurang populer di kalangan wisatawan domestik, namun sudah tersohor hingga ke mancanegara. Sejumlah komunitas penggemar eksplorasi gua dari luar negeri kabarnya pernah berkunjung ke sini.

Sementara dari sisi sejarah, penasehat spiritual setempat, Bariono, menjelaskan bahwa penamaan Goa Cokro berasa dari kisah seseorang bernama sama yang pernah mengakhiri hidupnya di lokasi ini. Selain itu, konon banyak orang menjadikan gua sebagai tempat membuang benda pusaka.

“(Di dalam gua-red) ada barang yang berharga, tapi tidak bisa saya tunjukkan. Karena itu beresiko bagi saya, benda itu dinamakan Mutiara Gua,” demikian tutur Bariono.

Alternatif Wisata Unik

Jelajah Goa Cokro menegangkan namun mengasyikkan
Jelajah Goa Cokro menegangkan namun mengasyikkan (c) Travelingyuk/Bagas Yudhiswa

Goa Cokro bisa dijadikan alternatif wisata bagi mereka yang mencari pengalaman unik tak terlupakan. Namun patut diingat bahwa untuk bisa melakukan eksplorasi gua, pengunjung harus melakukan reservasi minimal seminggu sebelum kedatangan.

Pengelola membatasi peserta maksimal 10 orang dalam satu kelompok, dengan biaya kurang lebih satu juta rupiah. Selain peralatan keamanan dan pemandu, fasilitas lain yang diberikan adalah minum dan makanan ringan. Bagaimana, tertarik merasakan sensasi menjelajah perut bumi layaknya kisah rekaan Jules Verne di Goa Cokro Gunungkidul?

Advertisement
Tags
Gunungkidul Jogjakarta Wisata
Share