Taman Nasional Komodo tengah menangis. Pada Rabu malam (3/8) terjadi kebakaran di Gili Lawa yang merupakan pintu masuk menuju Pulau Komodo. Setidaknya 10 hektar lahan di destinasi wisata ini terbakar habis. Api akhirnya bisa dipadamkan pada hari Kamis dini hari pukul 03.10 WITA. Seperti apa kronologi Gili Lawa Darat Kebakaran ini? Berikut ulasannya dan beberapa musibah yang pernah terjadi di kawasan Taman Nasional Komodo.
Diduga Kuat Karena Footage
Kobaran api yang makin meluas, awalnya diduga dari puntung roko yang dibuang oleh pengunjung di puncak Gili Lawa. Hal tersebut disampaikan oleh Budi Kurniawan selaku Kepala Taman Nasional Komodo. Namun, beredar kabar jika pulau cantik di Manggarai Barat ini terbakar karena kebutuhan footage dokumentasi trip dengan menyalakan kembang api. Hingga saat ini, berita tersebut masih belum dikonfirmasi karena agen travel berkaitan masih diperiksa oleh pihak kepolisian.
Lahan 10 Hektar Hangus Terbakar
Akibat dari amukan api di Gili Lawa, setidaknya 10 hektar lahan yang hijau terbakar habis dalam waktu sekejap. Apalagi angin kencang yang membuat api semakin cepat membakar ilalang kering. Kini, pulau cantik yang biasa dijadikan spot melihat sunrise dan sunset tak lagi menyegarkan mata. Hampir semua bagiannya berwarna hitam. Sementara waktu, Taman Nasional Komodo akan berupaya untuk melakukan pemulihan Gili Lawa. Sebelum Gili Lawa, Lo Pede juga sempat mengalami kebakaran di bulan Juni lalu.
Rusaknya Terumbu Karang
Selain hangusnya lahan 10 hektar di Gili Lawa, ternyata beberapa kejadian yang membuat Taman Nasional Komodo ternoda. Salah satunya rusaknya terumbu karang akibat jangkar kapal yang mengenai terumbu karang. Apalagi jumlah kapal yang merapat di kawasan taman nasional ini makin banyak. Padahal, terumbu karang merupakan salah satu tempat berlindung yang menjamin kehidupan biota laut.
Sampah yang Capai Ratusan Kilo dalam Sehari
Selain rusaknya terumbu karang, sampah juga menjadi ancaman terbesar bagi Taman Nasional Komodo. Menurut Kepala Otoritas Taman Nasional Komodo, Sudiyono yang dilansir dari Republika, setidaknya jumlah sampah di kawasan ini mencapai 650 kg per hari. Sumber penumpukan sampah tersebut berasal dari banyak tempat, salah satunya bawaan laut yang dibuang oleh wisatawan. Padahal sampah tersebut dapat membuat alam terganggu, termasuk penghuninya.