Patung GWK (Garuda Wisnu Kencana) tidak berhenti menarik perhatian terlebih bagi wisatawan baik domistik maupun mancanegara. Salah satu patung tertinggi di Indonesia ini tentu menyimpan banyak air mata, keringat hingga tenaga karena proses pembuatannya yang memakan waktu kurang lebih hampir 30 tahun. Tidak hanya sebagai spot foto menarik, GWK juga menyimpan fakta yang cukup mencegangkan. Apa saja? Yuk simak ulasan menariknya berikut ini.
1. Mulai Dibangun Sejak 1990
Fakta menarik tentang GWK dan rencana pembangunannya tidak lepas dari gagasan untuk menciptakan ikon bagi pariwisata Bali yang mulai dibicarakan tahun 1989. Satu tahun kemudian, konsep pun dikembangkan oleh Menteri Pariwisata kala itu serta beberapa seniman Bali, seperti alm Ida Bagus Oka, alm Ida Bagus Sudjaba dan Nyoman Nuarta.
Konsep ini kemudian baru disetujui pada 1993 oleh Presiden Soeharto. Tahap awal pembangunan GWK sendiri dimulai dari 1994, yaitu dengan tahapan pengolahan lanskap yang akan dijadikan lokasi berdirinya GWK.
2. Dibangun di Lahan Bekas Penambangan Kapur Liar
Garuda Wisnu Kencana, sesuai rencana awal, dibangun di kawasan Perbukitan kapur di Ungasan, Jimbaran, Bali. Kawasan ini merupakan bekas penambangan kapur liar yang keadaan tanahnya sudah tidak baik. Tidak ada tanaman yang dapat hidup di kawasan ini sebab kandungan top soil yang minim.
3. Jajaran Patung Tertinggi Dunia
Fakta menarik tentang GWK yang membanggakan lainnya adalah patung ini masuk dalam jajaran patung tertinggi dunia.
Sebagai perbandingan, Garuda Wisnu Kencana memiliki total tinggi 120 m, meski masih kalah tinggi dibanding Monas (137 m), GWK mengalahkan Patung Liberty yang hanya 93 m.
4. Sosok Mitologi Hindu
Patung Garuda Wisnu Kencana diambil dari salah satu sosok mitologi yang disucikan oleh umat Hindu. GWK merupakan gambaran atau perumpanaan dari Dewa Wisnu yang berada di atas sesosok manusia setengah burung.
5. Menurut Tokoh Spiritual Bali, Pemasangan GWK Salah Arah
Fakta tentang GWK selanjutnya yang mungkin belum banyak diketahui adalah pembangunannya sempat dinilai salah arah. Brahmana Guna Avatara, seorang tokoh spiritual Bali mengatakan bahwa konsep pembangunan GWK harus disesuaikan dengan kepercayaan serta budaya setempat. Brahmana Guna Avatara juga mengatakan bahwa dari sisi spiritual, letak GWK salah arah. GWK seharusnya ditempatkan se-arah mata angin utara, bukan selatan seperti konsep saat ini.
6. Upacara Adat Saat Pemasangan Mahkota
Saat memasangkan mahkota pada GWK, digelar upacara Ngrastiti dan Pecaruan. Upacara adat ini digelar di pelataran GWK Cultural Park, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta dan dipimpin oleh 4 orang pendeta Hindu.
Kemegahan patung ini tentu tidak akan pudar akibat banyak fakta yang dimilikinya. Destinasi wisata ini tentu menjadi tempat wajib untuk dikunjungi terlebih bagi Teman Traveler yang sudah puas mengeskplor beragam destinasi alam Bali seperti pantai hingga air terjun. Penutup perjalanan di Bali dengan mengabadikan momen di tempat instagenic merupakan salah satu pilihan yang sempurna apalagi jika tempat yang digunakan adalah GWK!