Dua Srikandi Indonesia Kibarkan Merah putih di Everest

Advertisement

Bendera Indonesia kembali berkibar di Puncak Everest, Kamis (17/05/2018) pukul 05.50 waktu setempat. Dua mahasiswi pendaki yang tergabung dalam tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Universitas Parahyangan, Fransiska Dimitri dan Mathilda Dwi, telah menginjakkan kaki dengan selamat di gunung tertinggi dunia. Simak perjalanan Dimitri dan Mathilda sampai di Everest berikut ini.

Mathilda dan Dimitri sebelum mencapai puncak via instagram
Mathilda dan Dimitri sebelum mencapai puncak via instagram/ina7summits

Perjalanan mereka menuju puncak setinggi 8.848 mdpl tersebut sempat diwarnai dengan kondisi medan yang ekstrim. Dua mahasiswi semester akhir ini harus berjuang melewati terpaan badai salju pada 16 Mei. Cuaca ekstrim tersebut terjadi saat Fransiska dan Dimitri menuju Camp 3 di ketinggian 8.300 mdpl.

Dua mahasiswa Universitas Kristen Parahyangan saat di Antartika via instagram
Dua mahasiswa Universitas Kristen Parahyangan saat di Antartika via instagram/mathilda_dwi

Di kalangan pecinta alam dan pendaki gunung, ketinggian di atas 8.000 mdpl biasa disebut dengan death zone. Kadar oksigen yang semakin menipis adalah salah satu faktor terberat pada area tersebut. Pendaki tak boleh berada di area death zone selama 24 jam, karena hal tersebut akan mengancam keselamatan mereka.

Lansekap Gunung Everest via instagram
Lansekap Gunung Everest via instagram/ina7summits

Perjalanan mereka menuju ketinggiam 8.848 mdpl ini dimulai pada Kamis (10/05/2018) dari Desa Zhaxizongxiang dengan ketinggian 4.150 mdpl. Setelahnya mereka berdua mengulang rute yang dilewati saat proses aklimatisasi, yaitu Intermediate Camp, naik ke Advanced Base Camp. Titik tujuan berikutnya North Col, lalu Camp 1 di posisi 7.050 mdpl. Setelah empat titik tersebut, dua mahasiswi Universitas Kristen Parahyangan ini menapaki rute yang belum pernah mereka lewati, yaitu Camp 2, Camp 3, lalu Puncak Everest (8.848 mdpl).

Dimitri dan Fransiska saat mendaki Gunung Denali via instagram
Dimitri dan Fransiska saat mendaki Gunung Denali via instagram/mathilda_dwi

Sebelum melakukan pendakian dan menuju Puncak Everest, dua perempuan berusia 24 tahun tersebut menjalani progtam aklimatisasi mulai dari pertengahan April 2018. Program aklimatisasi tersebut berlangsung hingga akhir april. Hal ini dilakukan sebagai program adaptasi Dimitri dan Fransiskan dengan kondisi ekstrim di sana. Karena hal kecil yang terjadi dapat berdampak luar biasa. Bahkan hanya karena tertidur pada ketinggian tertentu, pendaki bisa kehilangan nyawanya.

Advertisement
Tags
Everest Indonesia pendaki Seven Summit Universitas Kristen Parahyangan
Share