Menilik Candi Jago di The heart of east java

Advertisement

Kabupaten Malang memang layak menyandang nama sebagai The heart of east java. Julukan tersebut bisa diartikan sebagai penggerak degup jantung berbagai sektor di Jawa Timur, salah satu sektornya adalah pariwisata. Karena selain mempunyai wisata alam yang memesona, Kabupaten Malang juga menyediakan beragam wisata budaya dan sejarah, salah satunya adalah candi Jago.

Di Kabupaten Malang terdapat empat candi yang namanya sudah cukup terkenal yaitu Candi Singosari dan candi sumberawan di daerah Singosari. Dua candi lainnya adalah Candi Kidal serta candi Jago di daerah Tumpang seperti yang akan Kontributor Travelingyuk Prasetyo Kartiko, bahas kali ini.

Sejarah Candi Jago

Candi Jago via Kontributor Travelingyuk Prasetyo Kartiko
Candi Jago via Kontributor Travelingyuk Prasetyo Kartiko

Menurut Kitab Negarakertagama dan Paraton candi ini dibangun pada tahun 1268 Masehi hingga 1280 Masehi. Candi ini dibangun oleh Raja Kertangera untuk menghormati raja dari kerajaan Singosari yang ke 4 yaitu Raja Sri Jaya Wishnuwardhana. Nama candi ini pada awal dibuatnya diberi nama Jajaghu yaitu Bahasa Sansekerta yang bermakna keagungan. Tetapi nama Jajaghu beralih menjadi Nama Jago yang lebih mudah untuk dilafalkan warga setempat.

Candi Jago via instagram/infomalangraya

Candi ini juga sempat mengalami pemugaran di tahun 1343 masehi pada masa kepemimpinan Raja Adityawarman. Tak hanya memugar, Raja Adityawarman juga menambahkan bangunan tambahan yang berisi Arca Manjusri. Arca ini melambangkan kebijaksanaan sekeliagus sebagai penghormatannya kepada ayahandanya yaitu Raja Wishuniwardahan yang telah mangkat.

Relief dalam Candi Jago

Candi Jago via Kontributor Travelingyuk Prasetyo Kartiko

Candi Jago cukup banyak menyimpan cerita yang terukir di tubuh candi yang berukuran kurang lebih 23 meter x 14 meter ini. Cerita di badan candi yang sering disebut relief ini terdiri dari cerita Kreshnayana yang menceritakan tentang perjuangan kisah cinta Kreshna dan Dewi Rukmini

Relief di Candi Jago via instagram/mandewi

Cerita relief di atas diikuti dengan keempat relief lainnya yaitu relief Parthayana, Arjunawiwaha, Kunjhakarna, Anglingdharma. Ada juga beberapa cerita fabel seperti yang terkenal adalah cerita kura-kura dan angsa yang masih sering diceritakan sebagai dongeng pengantar tidur.

Wisata sebelum ke Bromo

Candi Jago via instagram/malangrayatour

Lokasinya yang dekat di salah satu pintu masuk Bromo yaitu Tumpang, membuat tempat ini menjadi wisata tambahan sebelum atau sepulang dari Bromo. Walau tak semegah Candi Borobudur ataupun sebesar Candi Prambanan, pada akhir pekan candi ini cukup ramai oleh wisatawan yang berkunjung.

Candi Jago via instagram/nandasaff

Candi ini tidak menentukan tarif masuk. Tapi jangan lupa bagi wisatawan yang ingin berkunjung untuk memberikan sumbangan sukarela pemeliharaan candi yang bisa diberikan pada juru kunci di pos masuk candi jago, sebagai bentuk kepedulian kita terhadap pelestarian budaya di Indonesia.

Padhang Bulan di Candi Jago

Candi Jago via instagram/randyigreya

Candi jago juga menarik perhatian para wisatawan melalui event rutinnya yaitu Padhang Bulan. Acara ini digagas oleh komunitas yang bernama Macapat Malangan. Tujuan acaranya untuk melestarikan tembang macapatan agar tidak punah dan terus dikenal sebagai budaya asli jawa.

Candi Jago via instagram/wildcompassrosephotography

Acara Padhang Bulan ini digelar rutin setiap bulan di pelataran Candi Jago. Pada puncak acara dibacakan tembang macapat sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan. Wisatawan yang ingin menghadiri acara ini bisa datang setiap bulan pada saat padhang bulan atau bulan purnama.

Nah itulah sedikit ulasan tentang salah satu candi yang cukup dikenal masyarakat Kota Malang. Jangan Cuma ke pantai atau gunung aja, kadang main ke candi dan belajar segala cerita di dalamnya juga seru untuk mengisi liburan.

Advertisement
Tags
candi jago Kabupaten Malang
Share