Siapa yang tidak berdiri bulu kuduknya jika berada di tempat yang luas namun terbengkalai? Seperti Jiwangga Restoran yang belakangan sedang viral di berbagai platform media sosial.
Dulu tempat yang berada di Jalan Terbaik no. 1, Sleman, ini merupakan destinasi kuliner yang cukup diminati. Namun sekarang Jiwangga telah berselimut ilalang, bahkan patung-patung yang ada didalamnya juga telah ditumbuhi lumut. Seperti apa ya kisah dari restoran ini?
Bertema Kerajaan Majapahit Kuno
Pembangunannya dimulai sejak tahun 2013 dan baru beroperasi pada 2017. Bahkan dana yang dibutuhkan mencapai biaya hingga Rp15 miliar. Konsep Majapahit kuno yang diusung ternyata memiliki alasan tersendiri. Konon sang pemilik, ingin merepresentasikan masa kejayaan, semangat, dan perjuangan di kerajaan saat itu.
Menyajikan Berbagai Menu Tradisional
Resto ini sempat dijuluki sebagai surganya kuliner. Karena berbagai macam menu tersedia di Jiwangga Resto. Mulai dari bakso babat, tahu gimbal, mie goreng jawa, petis kangkung, bakmi jawa, tahu campur, hingga beragam seafood. Harganya tergolong cukup terjangkau, berkisar dari Rp15.000 hingga Rp110.000.
Area dengan Empat Konsep
Berdiri di luas tanah kurang lebih mencapai satu hektar, Jiwangga memiliki empat konsep yang berbeda. Pertama adalah Pendopo Keraton Jiwangga yang berada di bagian depan restoran. Kedua ada area Terakota, sebuah taman yang berada di bawah Pendopo Keraton. Lalu area ketiga dan keempat, adalah dua area yang berada di bagian timur restoran dan sering dijadikan spot foto pengunjung.
Kini Terbengkalai
Tidak ada sumber yang menyebutkan kapan tepatnya Jiwangga Restoran berhenti beroperasi. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa penyebab tutupnya Jiwangga dikarenakan pemilik restoran terlilit masalah. Bahkan tempat ini juga pernah bermasalah dengan masyarakat sekitar. Karena diduga melakukan privatisasi mata air yang berada di sekitar Kali Kuning.
Wilayahnya yang sangat luas, membuat tempat ini terlihat cukup megah saat masih beroperasi. Sayangnya, kini Jiwangga Restoran tidak lagi beroperasi dan terbengkalai. Ada yang pernah datang ke sini saat masih beroperasi?
