Uniknya Tradisi Tanda Kedewasaan di Indonesia, Ada Lompat Batu sampai Kikir Gigi

Advertisement

Sudah bukan rahasia bahwa Indonesia kaya akan budayanya. Banyaknya suku yang tinggal di Tanah Air dengan adat dan kebiasaannya menjadi keistimewaan masing-masing. Seperti tradisi tanda kedewasaan yang ada di beberapa daerah Indonesia ini. Ada tradisi potong gigi, juga lompat batu yang tinggi. Penasaran? Yuk baca lebih lanjut.

Fahombo, Nias (Laki-laki)

Fahombo via Instagram @gunfaisal
Fahombo via Instagram @gunfaisal

Fahombo atau tradisi lompat batu telah dilakukan semenjak dahulu kala. Berawal dari saat zaman perang, konon penduduk yang perang harus melompati benteng yang tinggi untuk dapat memasuki wilayah musuh. Kini sudah tidak ada lagi perang, sehingga fahombo menjadi simbol atas kedewasaan laki-laki secara fisik. Memang tidak mudah melewati batu setinggi 2 meter dengan tebal sekitar 40 sentimeter. Harus berhasil melewati batu tersebut tanpa menyentuhnya sedikit pun.

Desa Bawomatalu via Instagram @putragulo
Desa Bawomatalu via Instagram @putragulo

Tradisi tanda kejantanan dan ketangkasan ini tidak dilakukan oleh semua masyarakat di Pulau Nias, hanya beberapa daerah saja seperti Desa Adat Bawomataluo. Biasanya pemuda yang berhasil melakukan fahombo akan dirayakan oleh keluarga dengan menggelar syukuran. Tidak hanya tradisi ,fahombo juga menjadi daya tarik wisata di Pulau Nias.

Upacara Supitan, Jawa (Laki-laki)

Salah Satu Kegiatan Supitan via Instagram @yunapancawati
Salah Satu Kegiatan Supitan via Instagram @yunapancawati

Upacara Supitan bagi laki-laki atau lebih dikenal dengan istilah sunat alias khitan ini lebih familiar sebagai ritual wajib bagi seorang Muslim. Namun hal ini telah beredar di kalangan masyarakat Jawa, sebagai salah satu bagian dari upacara daur hidup penduduk Jawa. Keluarga yang anaknya telah disunat biasanya menggelar pesta layaknya pernikahan. Istilahnya berbeda-beda tergantung pada daerahnya. Kalau di lingkungan keraton Jogja, upacara Supitan untuk anak Sultan terdiri dari beberapa rangkaian.

Rangkaian Acara sebelum Sunatan di Salah Satu Daerah via Instagram @cimootheryadi
Rangkaian Acara sebelum Sunatan di Salah Satu Daerah via Instagram @cimootheryadi

Sehari sebelum upacara, dilaksanakan pertunjukan gamelan Gangsa Slendro dan Pelog. Disediakan juga pekobongan alias bangunan serupa bilik kecil tidak permanen, serta tetuwuhan yaitu beragam jenis daun dan tandan pisang sebagai simbol kesuburan. Tidak lupa sajen berupa tumpeng, pisang ayu, ayam hidup dalam keranjang, sepasang kembar mayang, dan lainnya. Supitan merupakan tanda upacara pembuka sebagai peralihan menuju tingkatan hidup baru.

Metatah, Bali

Metatah via Shutterstock
Metatah via Shutterstock

Metatah merupakan tradisi tanda kedewasaan yang wajib dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki di Bali. Upacara metatah bukanlah memotong gigi namun hanya meratakan 6 buah gigi yaitu 2 taring dan 4 gigi tengah. Jumlah 6 gigi tersebut merupakan wujud dari 6 musuh dalam diri manusia. Diharapkan dengan dikikir, sifat-sifat tersebut pun hilang.

Ritual Sebelum Metatah via Instagram @mateo_eyo
Ritual Sebelum Metatah via Instagram @mateo_eyo

Sebelum dikikir, pemuda pemudi yang telah berpakaian adat Bali melakukan sungkeman kepada orang tua barulah menuju bale-bale untuk lakukan metatah. Sanging, seorang yang biasanya dari golongan Brahmana, mengikir gigi dengan alat tradisional. Selain sebagai tanda kedewasaan, metatah pun lebih memudahkan dalam menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi dan para leluhur.

Kerik Gigi, Suku Mentawai (Perempuan)

Perempuan Mentawai dengan Gigi Runcingnya via Instagram @anouchka_sumatra
Perempuan Mentawai dengan Gigi Runcingnya via Instagram @anouchka_sumatra

Kalau tradisi metatah wajib dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki, maka berbeda dengan tradisi tanda kedewasaan oleh suku Mentawai. Meruncingkan gigi hanya dilakukan oleh perempuan selain sebagai tanda dewasa juga untuk mempercantik diri. Tanpa dibius, perempuan suku Mentawai harus menahan sakit diruncingkan lebih dari 20 buah giginya. Alat untuk runcingkan gigi ini terbuat dari besi maupun kayu yang telah diasah hingga tajam.

Sorongi’i, Flores (Perempuan)

Ritual Potong Gigi via Instagram @minutespostcom
Ritual Potong Gigi via Instagram @minutespostcom

Tradisi tanda kedewasaan yang dilakukan di kabupaten Nagekeo, pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Barat ini disebut Sorongi’i dan Koa Ngi’i. Selain sebagai simbol memasuki tahapan dewasa, ritual ini juga sebagai salah satu tradisi sebelum menikah. Keluarga yang anaknya hendak melakukan Sorongi’i, harus menyerahkan sajen kepada leluhur.

Berupa nasi, daging, sirih pinang, dan moke yaitu minuman khas Flores terbuat dari pohon siwalan dan enau. Sebagai wujud syukur sekaligus meminta berkah demi lancarnya acara. Perempuan yang akan dikikir giginya harus mengenakan kain adat kemudian sembari berbaring, giginya digosok berkali-kali dengan batu asah kecil.

Sekian tradisi tanda kedewasaan di beberapa daerah yang telah diulas di atas merupakan budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya. Semuanya bersifat sakral dengan tujuan yang baik. Adakah tradisi tanda kedewasaan di daerah Teman Traveler?

Advertisement
Tags
Budaya Indonesia tradisi tanda kedewasaan Wisata
Share