Bertemu Badut-Badut Cantik di Pulau Hantu

Advertisement

Perlu sekitar 90 menit menyusuri jalan trans Barelang (Batam-Rempang-Galang) untuk sampai di sebuah pelabuhan rakyat di Pulau Galang, Batam, Sabtu (28/04/2018). Selanjutnya butuh sekitar lima menit mengarungi laut yang tenang, untuk merapat di dermaga Pulau Nguan, Kecamatan Galang demi merasakan pengalaman snorkeling di Pulau Galang.

Di sini kami singgah di markasnya Galang Bahari, agen tur yang membawa rombongan kami yang berjumlah enam orang. Hanya ada waktu sekitar 10 menit untuk adalah ganti baju yang nyaman untuk aktivitas snorkling. Selain itu, kami juga memilih baju pelampung, sepatu karet, masker selam, snorkel, dan fin (sepatu katak) sesuai ukuran masing-masing.

Setelah semua beres, kami kembali naik ke pancung dengan membawa sepatu katak, baju pelampung, sepatu karet, tentu saja kamera dan hp. Sementara barang-barang kami lainnya ditinggal di markas Galang Bahari. Tujuan kami berikutnya adalah Pulau Dedap. Salah satu gugusan Pulau Abang, Kecamatan Galang.

Dedi, juru kemudi pancung sekaligus tour guide kami, langsung menggeber mesin pancung berkapasitas 2×15 PK. Pancung melaju kencang membelah lautan. Meski jarum jam baru menunjukkan pukul 10.00 WIB, namun cuaca pagi itu terasa begitu panas. Untungnya, pancung yang membawa kami menggunakan penutup. Sehingga panasnya terik matahari tak langsung menerpa kulit.

Sekitar 45 menit berlalu, pancung mulai mengurangi kecepatannya. Di depan mata terlihat jelas sebuah pulau dengan garis pantai yang putih bersih. Pantai berpasir putih itu terlihat di sisi kanan dan kiri pulau. Dan ternyata, Dedi sang nahkoda mengarahkan haluan speed-nya ke pantai di sisi kanan pulau.

“Sudah pada bisa memasang masker dan snorkel,” tanya Dedi dari buritan pancung.

Usai snorkling di spot pertama, singgah di Pantai Dedap untuk makan siang dan melepas penat sebelum melanjutkan snorkling di spot berikutnya.

Pemandangan Indah Bawah Laut Pulau Galang

Di antara kami berenam, sebagian besar kompak menjawab ‘belum’. Dedi pun merapatkan pancungnya ke arah bibir pantai lalu membuang jangkar. Posisi pancung masih cukup jauh dari tepi pantai. Sekitar 70 meter dari bibir pantai. Hanya saja, air di lokasi labuh jangkar pancung sangat dangkal. Sehingga terlihat jelas dasar lautnya yang berpasir putih bersih.

Di sini, kami berlatih mengenakan masker dan snorkel yang baik dan benar. Setelah dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan ke titik snorkeling. Masih di area Pulau Dedap. Ternyata lokasinya tak seberapa jauh. Dalam sekejap, kami sudah tiba di titik snorkeling di Pulau Dedap.

“Sebenarnya ada beberapa titik snorkeling di pulau ini. Tapi kita berhenti di sini saja,” ucap Dedi sembari melempar jangkar.

Pilihan Dedi memang tak salah. Dari atas kapal pancung, kami sudah bisa melihat keindahan bawah laut Pulau Dedap. Hamparan aneka terumbu karang dapat dilihat dengan mata telanjang. Karena air laut saat itu sangat tenang dan jernih. Ditambah cuaca yang cerah, dasar laut Pulau Dedap kiat jelas terlihat.

 

Ikan Ikan Badut banyak dijumpai saat menyelam atau snorkling di perairan di sekitar Pulau Hantu dan Pulau Abang, Batam, Kepulauan Riau.

Dengan masker dan snorkel yang telah terpasang, kami menceburkan diri. Kedalaman air laut di sini sekitar lima meter. Dan, saat mulai ber-snorkle ria, pemandangan bawah laut di Pulau Dedap terlihat makin memesona mata.

Selain aneka terumbu karang yang memukau, juga terdapat beragam jenis ikan yang seoalah menyapa dan menggoda. Belum lagi ada pasir putih yang terhampar di sela-sela terumbu karang. Indah bak taman. Apalagi, dengan menggunakan masker, objek di bawah laut terlihat lebih besar dan lebih dekat dari ukuran dan jarak sebenarnya.

Di sini, kami mendapati beragam biota laut yang cantik dan indah. Khususnya beragam jenis ikan hias. Seperti Yellow Tang, Blue Devil, hingga ikan badut alias Clownfish, atau yang sering disebut ikan Nemo.

Selain ikan-ikan kecil nan lucu itu, juga ada beberapa jenis ikan yang ukurannya sedang. Sebesar telapak tangan orang dewasa. Tapi jumlahnya jarang. Kalaupun ada, biasanya mereka di bagian-bagian dengan kedalaman air tertentu.

Puas berenang dan ber-snorkle di Pulau Dedap, kami segera beranjak naik kembali ke atas pancung. Maklum, jarum jam sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB. Selain cuaca makin panas, rasa lapar juga mulai mendera.

Makan Siang Dengan Pemandangan Menakjubkan

Dedi memacu pancung-nya dengan enam pria kelaparan di dalamnya. Dan kali ini kami menuju sisi barat Pulau Dedap. Di sinilah kami akan melaksanakan ritual yang tak kalah penting dari acara snorkeling: makan siang.

“Kita akan makan siang di Pantai Dedap. Pantainya sangat indah,” kata Dedi di tengah perjalanan.

Dedi memang tidak berlebihan. Indah. Begitulah kesan pertama saat kami merapat di Pantai Dedap.

Hamparan pasir putih, rimbunnya pohon bakau, jernihnya air laut, dan semilirnya angin merupakan kombinasi panorama bahari yang akan sulit kami lupakan. Dan yang membuat Pantai Dedap istimewa karena pantai itu tak berpenghuni. Hanya ada Pak Agus, penjaga pantai itu.
Makan siang di Pantai Dedap, serasa liburan ke pulau pribadi.

Kebetulan pula, saat itu sedang tidak ada pengunjung lain selain rombongan kami. Sehingga, singgah dan makan siang di Pantai Dedap ini seolah seperti sedang berlibur ke pantai pribadi.

Sementara menu makan siang kami, meskipun sederhana, mampu menambah suasana semakin sempurna. Ikan asam pedas, kerupuk ikan, dan tumis sawi putih, terasa sangat nikmat ketika dimakan di sebuah pantai yang indah, dan di saat perut sedang lapar-laparnya. Hahaha….

Makan siang kami kian sempurna karena ditutup dengan kelapa muda yang segaaarrr. Fresh from the tree. Alias dipetik langsung dari pohonnya. Segerrrr.

Selesai makan dan mengeksekusi kelapa muda, kami ekspolore Pantai Dedap. Terlalu sayang jika tidak mengabadikan pantai ini dalam foto. Sekitar satu jam berlalu. Kami pun melanjutkan perjalanan kembali dalam kondisi perut kenyang. Kali ini tujuan kami adalah Pulau Abang. Di sana, kami akan kembali ber-snorkel ria.

Tiga puluh menit berselang, kami sampai di Pulau Abang. Tepatnya di laut yang berada di antara Pulau Abang dan Pulau Hantu. Tanpa menunggu aba-aba, kami kembali menceburkan diri ke laut.

Secara umum, pemandangan bawah laut di sini relatif sama dengan laut Pulau Dedap. Hanya saja, di sini lautnya lebih dalam. Airnya lebih dingin. Karangnya juga lebih beragam. Begitu juga dengan aneka biota lautnya, lebih bervariasi.

Namun ikan badut masih tetap mendominasi di antara ikan-ikan hias lainnya. Ukuran ikan badutnya juga lebih besar dibandingkan di Pulau Dedap. Dan, mereka lebih jinak dan manjaaaah.

“Biasanya turis suka ngasih makan mereka. Makanya mereka jinak,” kata Dedi yang kemudian menyarankan supaya kami tak usah memberi makan ikan-ikan badut yang cantik nan lucu itu.

Dedi mengatakan, laut di antara Pulau Abang dan Pulau Hantu itu memang menjadi salah satu lokasi favorit para penyelam dan snorkler di wilayah Pulau Abang dan gugusannya. Karena selain karangnya masih bagus, biota lautnya juga lebih beragam.

Karena itu pula, kami begitu betah ber-snorkel di sana. Hampir satu jam kami bercengkerama dengan ikan-ikan badut dan teman-temannya. Sampai akhirnya Dedi mengingatkan, bahwa hari sudah mulai sore.

Dengan perasaan puas, kamipun kembali ke atas pancung. Segera pancung kami melaju ke Pulau Nguan, untuk selanjutnya menuju ke Pulau Galang, dan melanjutkan perjalanan darat ke Batam. Pulang.

Perjalanan Menuju Pulau Abang

Wisata bahari ke Pulau Abang saat ini memang menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Batam. Tak hanya turis domestik, wisata ini juga digemari pelancong dari luar negeri.

Sehingga tak heran jika saat ini ada banyak sekali penyedia jasa wisata atau agen travel yang menyediakan paket-paket wisata ke Pulau Abang dan sekitarnya. Seperti Galang Bahari yang melayani One Day Trip kami, Sabtu (28/04/2018) lalu itu.

Wisata Bahari Pulau Abang ini meliputi pulau-pulau kecil di sekitarnya. Seperti Pulau Dedap, Pulau Petong, Pulau Hantu, Pulau Ranoh, dan lain sebagainya. Namun untuk pulau yang terakhir, kabarnya sudah dikelola swasta. Sehingga masuk ke sana dikenakan tarif tersendiri.

Untuk mencapai lokasi Pulau Abang ini, memang dibutuhkan waktu yang cukup lama. Perjalanan dimulai dari Batam menuju Pulau Galang dengan transportasi darat. Perjalanan ini memakan waktu kurang lebih 90 menit atau satu setengah jam.

Dari Pulau Galang, biasanya pelancong langsung dibawa ke lokasi tujuan. Misalkan ke Pulau Petong, Pulau Dedap, atau lainnya. Perjalanan dari Galang ke lokasi tujuan ini menggunakan kapal cepat atau speed boat, atau pancung. Jarak tempuhnya tergantung tujuan. Namun rata-rata sekitar 45 menit. Kecuali ke Pulau Petong yang lokasinya lebih jauh dari pulau-pulau lainnya di gugusan Pulau Abang.

Liburan ala Pulau Abang ini bisa menjadi alternatif wisata yang tidak biasa bagi masyarakat urban. Terutama bagi mereka yang sudah bosan dengan hiruk pikuk kehidupan kota.

Biaya Menuju Pulau Abang

Untuk biaya wisata ke Pulau Abang sebenarnya tergantung jenis paket dan agen yang melayani. Beda agen mungkin beda harganya. Tapi rata-rata selisihnya tidak terlalu jauh.

Selain itu, lokasi penjemputan juga mempengaruhi harga paket. Mau dijemput dari Batam, atau dijemput di pelabuhan di Pulau Galang, tentu biayanya akan berbeda.

Seperti One Day Trip-nya Galang Bahari. Jika dijemput di Pulau Galang, maka biayanya Rp 300 ribu per orang (dewasa). Tapi karena kami waktu itu dijemput dari Batamcenter, maka biayanya menjadi Rp 340 ribu per orang. Itu harga akhir pekan, untuk hari biasa, harganya lebih murah lagi.

Paket tersebut sudah termasuk

  • Satu set alat snorkeling
  • Life jacket
  • Makan siang
  • Guide bersertifikat
  • Foto underwater
  • Kelapa muda
  • Teh / kopi panas
  • Air mineral
  • Permen
  • P3K
  • Transportasi laut
  • Transportasi darat PP (kalau minta dijemput)
  • Kantong baju basah
  • Snorkeling di dua lokasi

Selain harga, syarat setiap agen wisata juga berbeda. Ada yang mensyaratkan rombongan minimal 10 orang. Tapi ada juga yang bisa melayani grup dalam jumlah minimal 8 orang.

Tunggu apalagi, ayo ke Pulau Abang, Batam.

Advertisement
Tags
Share