Waspada! Sampah Sedotan Jadi Bencana di Amerika, Bagaimana dengan Indonesia?

Advertisement

Sedotan memang bisa membantumu dalam menikmati minuman. Namun ternyata bahannya yang terbuat dari plastik susah terurai secara alami. Hal tersebut mengakibatkan menumpuknya sampah sedotan baik di darat maupun lautan. Jika dibiarkan dan tidak terkendali, tentu alam akan terancam.

Limbah sedotan sulit untuk didaur ulang dan ada di mana-mana, termasuk laut. Hewan-hewan seperti penyu dan burung banyak yang menjadi korban. Ada sedotan yang masuk ke dalam hidung penyu, hingga ditemukan dalam bangkai burung. Mirisnya, kebanyakaan orang di seluruh dunia tenang-tenang saja.

Bangkai burung dengan sampah plastik [image source]
Contohnya Amerika, menurut data National Geographic dilansir dari atlasobscura.com (7/7/2017), warganya menggunakan sekitar 500 juta sedotan atau lebih dari satu per orang setiap hari. Bukan angka sedikit mengingat potensi sampah yang ditimbulkan dan pengaruhnya pada kelestarian lingkungan.

Berbicara tentang sedotan  mungkin membuatmu penasaran tentang siapa yang menemukannya. Orang tersebut bernama Marvin Stone, seorang pria kelahiran 1842 dan tinggal di Washington, D.C. Awalnya Stone kecewa dengan sodotan gandum yang populer saat itu karena kelezatan dari minuman favoritnya jadi berkurang.

Sampah di laut [image source]
Marvin Stone kemudian menemukan sedotan yang terbuat dari kertas, orang-orang di sekitarnya terkesan dan menggunakan karya tersebut untuk menikmati minuman mereka. Tak lama kemudian, pabrik milik stone memproduksi hingga 2 juta sedotan per hari. Di tahun 1960 muncul sedotan plastik yang dianggap lebih baik dan tahan lama dari produk sebelumnya.

Berbagai upaya untuk mengenalkan sedotan yang lebih ramah lingkungan pun diterapkan. Ada yang menjual sedotan dari bambu dengan desain yang tahan dan awet hingga bertahun-tahun. Sedotan logam pun juga banyak yang bermunculan, mudah dibawa dan tentu saja bisa digunakan berkali-kali.

Sampah plastik di salah satu pantai Malang

Baiknya masih ada orang-orang yang sadar betapa berbahayanya sedotan sebagai sampah terutama di lautan. Di tahun 2012 sorang bocah berumur 9 tahun ikut mengkampanyekan aksi bebas sedotan. Dia juga menghimbau pada pemilik restoran untuk menawarkan sedotan terlebih dahulu dan tidak langsung meletakan di gelas minuman.

Bagaimana dengan Indonesia? Dilansir dari travel.akurat.co (9/5/2017), di tahun 2015 seorang professor bernama Jenna Jambeck menemukan fakta bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik yang dibuang ke laut. Sedangkan data Divers Clean Action menunjukkan sekitar 93.244.847 batang sedotan digunakan penduduk Indonesia. Jika dihitung per minggu setara dengan jarak keliling dunia.

Sudah tahukan bahwa masalah sedotan plastik ini semakin memprihatinkan. Untuk ikut melestarikan lingkungan, kamu bisa mulai dari hal sederhana. Membuang sampah pada tempatnya dan tentu saja menggunakan sedotanmu sendiri yang bisa dibawa ke mana-mana.

Advertisement
Tags
amerika Luar negeri Sampah
Share