Saka Lawang, Serunya Intip Proses Pembuatannya Langsung

Advertisement

Siapa yang tak kenal dengan Puncak Lawang, destinasi ini terkenal dengan pemandangan dan arena paralayang. Setiap hari para wisatawan silih berganti berkunjung ke sini, terlebih lagi saat Sabtu dan Minggu. Namun siapa sangka, temat ini juga terkenal sebagai penghasil gula tebu atau masyarakat sekitar sering menyebutnya Saka Lawang.

Proses pembuatan Saka (c) Indah Lubis/Travelingyuk

Ya, kilang gula tebu memang menjadi salah satu mata pencaharian utama masyarakat di sekitar Puncak Lawang. Seperti apa proses pembuatan komoditas unik di desa wisata ini? Yuk, simak ulasannya.

Gratis Tanpa Dipungut Biaya

Beberapa minggu lalu, saya berkesempatan melihat proses pembuatan Saka Lawang secara langsung. Saya dan kawan bertolak dari Bukittinggi sekitar pukul 09.00 dan tiba sekitar pukul 10.00.

Tempatnya tidak terlalu jauh dari kampus saya dan sering dijadikan tempat melepas penat mereka yang berkuliah di daerah Bukittinggi. Saya termasuk salah satunya. Sebagai seorang mahasiswi IAIN Bukittinggi, saya memilih habiskan pekan di daerah Puncak Lawang sambil melihat proses pembuatan saka.

Yang saya suka dari kilang-kilang tebu ini, para pemiliknya mengizinkan wisatawan melihat proses pembuatan Saka tanpa dipungut
biaya alias gratis. Bila beruntung, Teman Traveler bisa melihat penggilingan tebu tradisional menggunakan kerbau. Begitu selesai, proses selanjutnya adalah penyaringan agar air tebu benar-benar bersih dari ampas sisa penggilingan.

Dimasak dengan Bara Api

Proses memasak air tebu (c) Indah Lubis/Travelingyuk

Setelah proses penyaringan, air tebu mulai dimasak diatas wajan dan tungku dengan bara api sangat panas. Selama proses ini, air tebu secara bertahap dipindahkan dari wajan satu ke wajan lainnya. Dari wajan biasa ke wajan panas.

Dimasak menggunakan api besar (c) Indah Lubis/Travelingyuk
Bara api dalam tungku (c) Indah Lubis/Travelingyuk
Harus teliti (c) Indah Lubis/Travelingyuk

Para pengrajin dengan sabar dan telaten memindahkan air tebu di
dalam wajan serta memperhatikan api di dalam tungku agar tetap membara. Proses ini memakan waktu sekitar 3-4 jam hingga air tebu mengental dan siap untuk dicetak.

Saka Dibiarkan Mengeras

Meski rumit, tetap harus ceria (c) Indah Lubis/Travelingyuk

Proses pencetakan menggunakan bambu yang direndam air terlebih dahulu. Tujuannya agar tidak lengket saat saka mengeras. Setelah air tebu mengental dan berubah kecoklatan, bakal segera masuk proses cetak.

Tahap ini lumayan rumit. Air tebu yang sudah matang dan mendidih di letakkan di wadah kecil, lalu diaduk hingga partikel-partikelnya tidak menggumpal. Berikutnya baru dituang ke dalam cetakan bambu yang
telah disusun rapi. Setelah itu tinggal didiamkan hingga mengeras.

Kelezatan ala Tradisional

Nikmat untuk berbagai makanan (c) Indah Lubis/Travelingyuk

Saka yang sudah jadi biasanya didiamkan terlebih dahulu hingga benar-benar mengeras. Umumnya akan dijual ke pasar atau diantar ke
tempat pemesan. Bisa juga langsung dibeli di tempat apabila kilang
sedang melakukan proses produksi.

Rasanya manis, sangat pas untuk melezatkan beragam makanan. Mulai dari kolak, kue-kue, sanjai, dan lain sebagainya. Apabila Teman Traveler sedang melewati kawasan wisata Puncak Lawang tak ada salahnya mampir sambil melihat proses pembuatan saka. Kalian juga bisa mencicipi segarnya air tebu lawang lho.

Itulah pengalaman saya melihat langsung serunya proses pembuatan Saka Lawang. Bagi Teman Traveler yang sedang berlibur di Kabupaten Agam, Sumatra Barat, boleh rencanakan mampir ke sini kapan-kapan.

Advertisement
Tags
Agam kontributor kuliner agam kuliner sumatra barat Sumatra Barat Travelingyuk
Share