Desa Liya Togo, Pesona Wakatobi Lainnya yang Sayang Dilewatkan

Advertisement

Wakatobi, sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang tersohor akan keindahan terumbu karang dan variasi biota laut. Diburu oleh para pelancong untuk snorkeling dan menyelam. Namun tahukah Teman Traveler bahwa area ini menyimpan sejarah? Terletak di pusat kabupaten di Pulau Wangi-wangi, bisa disaksikan peninggalan Kesultanan Buton tepatnya di Desa Liya Togo. Teman Traveler pun bisa menyaksikan secara langsung kehidupan suku Buton di desa ini. Seperti apa ya? Simak ulasan berikut.

Situs Bersejarah Peninggalan Kesultanan Buton

Desa Liya Togo via Instagram @liyatogo.village
Desa Liya Togo via Instagram @liyatogo.village

Selain bisa menikmati indahnya laut Wakatobi, di desa Liya Togo Wakatobi, Teman Traveler juga bisa menyaksikan kehidupan masyarakat desa ini dari dekat. Dulu pernah menjadi bagian dari wilayah Kesultanan Bulton, Liya Togo memiliki situs masjid dan makam dalam Benteng Keraton. Di desa wisata ini juga terdapat baruga, situs budaya berupa bangunan kayu yang biasa dijadikan masyarakat bermusyawarah. Dalam kegiatan musyawarah, masyarakat dipimpin oleh pimpinan adat yaitu Miantu.

Benteng Liya Togo via Instagram @sitti.hajar.official
Benteng Liya Togo via Instagram @sitti.hajar.official

Bukan Nasi Makanan Pokoknya, Karena Susah Tanam Padi

Kasuami via Instagram @liyatogo.village
Kasuami via Instagram @liyatogo.village

Berkunjung ke desa Liya Togo Wakatobi tentu kurang lengkap jika tak mencicip makanan tradisional khas masyarakat Wakatobi. Bukan nasi, masyarakat daerah ini menjadikan kasuami atau kasoami sebagai makanan pokok. Kasoami berbahan dasar singkong yang diparut, diperas dan dikukus kemudian disajikan bersama sayur dan lauk pauk, layaknya nasi di daerah lain. Singkong dijadikan bahan dasar untuk makanan pokok karena menanam padi di Wakatobi tidaklah mudah, terlebih susahnya menggemburkan tanah di daerah ini.

Pelancong Harus Mengenakan Kain Tenun Khas

Pengunjung Mengenakan Kain Khas via Instagram @liyatogo.village
Pengunjung Mengenakan Kain Khas via Instagram @liyatogo.village

Saat berkunjung ke Desa Liya Togo Wakatobi, Teman Traveler diharuskan mengenakan sarung dari kain tenun yang indah dan memesona khas daerah ini. Para pria diwajibkan mengenakan sarung yang dililitkan pada pinggang dengan panjang di bawah lutut. Sedangkan para perempuan yang berkunjung diharuskan menggunakan sarung dari kain tenun dengan mengikat di salah satu pundak. Khusus untuk para perempuan, penggunaannya pun berbeda. Sarung diikat di bagian kiri pundak jika belum menikah, sedangkan jika yang sudah menikah diikat di sebelah kanan.

Rumah Banua Tada di  Liya Togo

Banua Tada via Instagram @homestay.nusantara
Banua Tada via Instagram @homestay.nusantara

Teman Traveler bisa berkeliling melihat-lihat rumah tradisional, disebut Banua Tada. Merupakan rumah adat orang Buton, berbentuk rumah panggung. Umumnya atap terbuat dari rumbia, namun belakangan ini tidak mudah menemukan material tersebut, sehingga diganti dengan seng. Layaknya rumah panggung, bagian rumah adat Banua Tada dibuat tinggi, biasanya digunakan untuk tempat tinggal binatang ternak masyarakat.

Setelah membaca ulasan di atas, terungkap sudah bahwa Wakatobi tidak hanya mempunyai keelokan alam bawah laut. Daratannya pun menarik untuk dijelajahi, salah satunya Desa Liya Togo. Jadi kapan Teman Traveler singgah di kawasan ini?

Advertisement
Tags
Desa Liya Togo Indonesia Wakatobi wangi-wangi Wisata
Share