Bromo Erupsi Sehari Setelah Yadnya Kasada, Status Waspada

Advertisement

Masyarakat suku Tengger baru saja selesai melaksanakan upacara Yadnya Kasada pada hari Kamis tanggal 18 Juli 2019. Hanya berselang sehari setelah puncak upacara tahunan tersebut, Gunung Bromo mengalami erupsi hingga mengalirkan lahar dingin ke laut pasir. Erupsi ini terjadi pada hari Jumat sekira pukul 16:37 waktu Indonesia Barat.

Erupsi terjadi Jumat sore. via Instagram/agung.wijaya.75839

Meski erupsi kali ini terhitung kecil, namun pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengindikasikan bahwa proses erupsi ini belum berhenti. Berikut adalah beberapa fakta erupsi gunung Bromo pada bulan Juli 2019.

Waktu erupsi

Bromo meletus. via Instagram/danuartirta_

Bromo dilaporkan mengalami erupsi pada hari Jumat, tanggal 18 Juli 2019 pada pukul 16:37 WIB. Menurut saksi mata di kaldera Bromo, erupsi ini menimbulkan suara ledakan yang cukup keras. Selain itu, erupsi ini juga terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 37 milimeter dan durasinya mencapai sekitar 7 menit 14 detik.

Lahar Dingin Mengalir di Lauan Pasir

Banjir di laut pasir. via instagram/espoirdevaincre

Saat erupsi terjadi, kondisi cuaca Bromo sedang mendung dan sempat gerimis. Banjir lahar dingin pun terjadi di laut pasir yang merupakan kaldera Tengger. Namun menurut keterangan resmi PVMBG, banjir lahar dingin itu tidak sepenuhnya terkait dengan aktivitas erupsi Gunung Bromo.

“Bahwa kejadian aliran air disertai material batuan berukuran abu hingga pasir yang terjadi pada tanggal 19 Juli 2019 sekitar pukul 17.00 WIB adalah fenomena alam biasa dan tidak terkait langsung dengan aktivitas erupsi Gunung Bromo. Kejadian banjir diakibatkan karena hujan yang terjadi di sekitar Kaldera Tengger dan puncak G. Bromo, bersamaan dengan kejadian erupsi yang menghasilkan abu vulkanik,’ tulis keterangan resmi PVMBG.

Berbahaya untuk penerbangan

Bromo berbahaya bagi penerbangan. via Instagram/pnjipuspo

Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) juga memberikan kode warna oranye terhadap aktivitas Bromo. VONA adalah sebuah badan yang menuliskan laporan tentang aktivitas vulkanik yang berpotensi menghadirkan bahaya terhadap penerbangan. Kode warna oranye sendiri berarti aktivitas gunung Bromo berpotensi membahayakan penerbangan sehingga pesawat diminta untuk menghindari kawasan ini.

Sumber bahaya utama adalah kolom asap yang dihasilkan dari erupsi, yang saat ini tidak terlihat karena masih tertutup kabut. Belum bisa dipastikan apakah erupsi Bromo kali ini akan mengakibatkan penundaan penerbangan di Jawa Timur.

Status Waspada

Bromo dalam status waspada. via Instagram/un_viaje_y_yo

Usai mengalami erupsi pada Jumat sore, aktivitas vulkanik Bromo masih terus berlanjut. Menurut pengamatan PVMBG, rangkaian gempa tremor masih terjadi dan dicatat hingga Sabtu pagi. Meski gempa yang terjadi cukup kecil, namun status Bromo masih tetap waspada. Artinya, puncak Bromo masih dianggap belum aman untuk kunjungan wisata.

“Tingkat aktivitas vulkanik Gunung Bromo masih tetap pada level II atau waspada. Masyarakat, wisatawan, maupun pendaki dihimbau untuk tidak memasuki kawasan dalam radius 1 km dari kawah aktif,” ujar Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, Hendra Gunawan kepada Sindonews.com.

Sebaiknya kunjungan ke Bromo ditunda dulu. via Instagram/impolsss

Selain masih diguncang gempa tremor dan micro tremor, kondisi cuaca Gunung Bromo saat ini juga mendung dan berawan. Artinya, kondisi Bromo saat ini sangat tidak ideal untuk aktivitas wisata.

Jika teman traveller berniat untuk pergi ke Bromo, sebaiknya ditunda dulu hingga kondisi erupsi dan cuaca membaik demi keselamatan bersama. Apakah Teman Traveler sedang berada di sekitarnya?

Advertisement
Tags
bromo Erupsi Gunung Bromo Indonesia info terbaru
Share