Belum Ngetren Traveling, Pria Ini Tahun 80an Sudah Keliling Dunia
Pernahkah kamu membayangkan liburan tanpa smartphone dengan segala aplikasinya? Bisa jadi kamu akan uring-uringan selama perjalanan karena nggak bisa selfie, tersesat karena tidak ada google map dan bahkan liburanmu kacau karena list perjalananmu ada di notes smartphone-mu. Nah, di artikel ini Travelingyuk akan berbagi cerita mengenai kisa perjalanan seorang traveler yang memulai jalan-jalannya sejak tahun 1980-an. Penasaran? Yuk ikuti cerita berikut!
1. Traveler 80an yang Punya Banyak Kenangan
2. Traveler Sejati, Oke Saja Walaupun Sendiri Menjelajah Dunia
Lalu bagaimana dengan sekarang ketika usianya sudah tidak lagi muda? Ternyata Nelwin masih gemar traveling. “Sampai sekarang saya masih gemar traveling. Baik traveling bersama keluarga, menyempatkan melihat tempat menarik di sela perjalanan dinas, ataupun sendiri, terutama untuk nonton konser-konser band rock yang saya sukai,” ungkapnya.
3. Berbagai Negara Sudah Dikunjungi
4. Tantangan Traveling di Tahun 80an
Beda zaman, beda pula fasilitas dan cara traveling. Tentu saja saat ini melakukan perjalanan lebih gampang dibanding dulu tahun 80an. Dan Nelwin benar-benar merasakannya. Ia mengaku jika traveling sendiri saat itu jauh lebih menantang. “Wisata independen di tahun 80an jauh lebih menantang dibanding saat ini,” kenang Nelwin. Saat itu belum banyak informasi wisata tersedia. Belum ada internet dan email, belum ada ponsel, belum ada GPS dan google map, belum ada LCC (Low Cost Carier) ataupun tiket promo, belum ada sistem pemesanan hotel dimuka. Semua serba tradisional dan harus banyak berinteraksi dengan manusia. “Saat ini serba mudah, semua persiapan untuk travel bisa dilakukan dari ponsel,” ujar Nelwin yang sempat membagikan ceritanya di sosial media beberapa waktu lalu.
5. Perbedaan dengan Traveling di Era 90an dan 2000an
6. Keramahan Lebih Mudah Didapatkan
Dulu sosial media tidak gencar. Jangankan Instagram, internet saja masih jadi hal yang jarang. Namun interaksi sosial yang lebih nyata gampang didapatkan. “Warga setempat juga relatif lebih ramah pada era 80an. Mungkin karena belum banyak wisatawan dari Indonesia pada saat itu, saya cukup sering diajak ngobrol dan ditanya-tanya oleh warga setempat,” cerita Nelwin mengenang perjalanannya di luar negeri.
Menarik sekali pengalaman dari Nelwin Aldriansyah, seseorang yang sudah membuktikan bahwa solo traveling di tahun 80an tak kalah serunya. Nantikan cerita selanjutnya tentang sulitnya mengurus perjalanan serta tantangan yang hanya dirasakan oleh generasi 80an ala Nelwin Ardianysah, ya.