Harga Tiket Pesawat dan Bagasi Merangkak Naik, Pariwisata Indonesia Bakal Lesu?

Advertisement

Awal 2017, Kementrian Pariwisata (Kemenpar) pernah berujar bahwa sektor pariwisata akan jadi penyumbang devisa terbesar Indonesia pada 2020 mendatang. Namun jika melihat perkembangan terbaru, bukan tak mungkin sektor wisata justru akan lesu di 2019 mendatang. Harga tiket pesawat sejumlah maskapai penerbangan Tanah Air mengalami kenaikan.

Beberapa airlines bahkan sudah tak lagi menggratiskan biaya bagasi. Lantas apakah ini artinya industri turisme Tanah Air bakal benar-benar loyo?

Minim Kesempatan Liburan

Ilustrasi selfie kala liburan
Ilustrasi selfie kala liburan via Pixabay

Sebelum membahas langsung soal pengaruh harga tiket pesawat dan bagasi, ada baiknya kita simak dulu kalender 2019. Sebab ada kabar buruk untuk para penghobi traveling tahun ini.

Mencari waktu liburan bukan hal mudah. Terutama bagi mereka yang sibuk dengan pekerjaan maupun kegiatan lain. Bagi para orang tua, jalan-jalan santai bersama keluarga adalah sebuah kemewahan. Langka, jarang terjadi.

Deretan tanggal kejepit 2019
Deretan tanggal kejepit 2019 (c) Travelingyuk/Asnan Affandi

Kesempatan tersebut rasanya bakal semakin susah didapat di sepanjang 2019. Jika diperhatikan dengan seksama, jumlah long weekend tahun ini hanya ada satu. Momen tersebut tiba saat Wafat Isa Almasih pada Jumat, 19 April. Traveler bisa memanfaatkannya untuk liburan panjang tanpa harus izin atau mengambil cuti.

Sementara jika ingin liburan panjang dengan mengambil cuti, traveler bisa melakukannya saat libur Tahun Baru Imlek 2570 (Selasa, 5 Februari), libur Hari Raya Nyepi 1941 (Kamis, 7 Maret), dan Kenaikan Isa Almasih (Kamis, 7 Maret).

Minimnya kesempatan liburan panjang (di luar Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan akhir tahun) agaknya akan membuat para traveler berpikir ulang untuk mengagendakan jalan-jalan. Terutama mereka yang tidak memiliki jadwal fleksibel, seperti pekerja kantoran.

Tiket Pesawat Kian Tak Terjangkau

Ilustrasi tiket pesawat
Ilustrasi tiket pesawat via Shutterstock

Minimnya kesempatan liburan di 2019 tidak dibantu dengan situasi di sektor penerbangan Tanah Air. Beberapa bulan belakangan, harga-harga tiket pesawat melonjak tinggi dan kian tak terjangkau.

Tentu apa yang terjadi di Aceh beberapa pekan lalu masih segar dalam ingatan kita. Warga Negeri Serambi Mekkah lebih memilih terbang ke Kuala Lumpur lebih dulu untuk menuju Jakarta, ketimbang langsung menuju ibu kota karena harga yang lebih murah.

Meskipun beberapa saat kemudian sejumlah maskapai mengumumkan penurunan harga tiket, efeknya masih terasa hingga kini. Apalagi jika dibandingkan dengan harga sebelumnya, tarif tiket sekarang masih cukup mahal.

Ilustrasi Aturan Baru Menyebutkan Bagasi Maksimal 7 Kg via Pexels
Ilustrasi Aturan Baru Menyebutkan Bagasi Maksimal 7 Kg via Pexels

Apalagi belakangan beberapa maskapai sudah tidak lagi menggratiskan biaya bagasi. Lion Air misalnya, sudah tak lagi menerapkan kebijakan free bagasi 20 kilogram sejak 8 Januari 2019 silam. Berat bagasi yang bisa dibawa ke dalam kabin maksimal hanya tujuh kilogram.

Para traveler tentu akan berpikir dua kali sebelum merencanakan liburan. Sebab kini mereka harus menganggarkan budget lebih besar untuk sampai di destinasi impian.

Jalur Tol Jadi Alternatif?

Ilustrasi jalan tol
Ilustrasi jalan tol via Instagram zein.harahap

Tarif terbang yang kian tak terjangkau bukan tak mungkin membuat para traveler mulai melirik jalur darat sebagai alternatif. Apalagi pembangunan tol Trans Jawa sudah hampir rampung. Jika semua berjalan sesuai rencana, fasilitas ini akan siap untuk mudik 2019 mendatang.

Biaya yang dikeluarkan pun cukup ekonomis. Menurut laporan yang dilansir Detik, perjalanan Jakarta – Surabaya selama 10 jam via tol hanya membutuhkan budget sekitar Rp628.000. Bandingkan dengan harga tiket pesawat jurusan serupa, yang berada di kisaran Rp500.000 hingga Rp1,5 juta. Belum lagi jika memasuki masa high season.

Ilustrasi jalan tol
Ilustrasi jalan tol via Instagram balingbalingbamboe

Tentu saja, perjalanan darat juga membutuhkan biaya ekstra seperti bahan bakar, konsumsi, atau bahkan penginapan. Namun bukan tak mungkin traveling via tol bakal jadi pilihan utama jika harga tiket pesawat terus melambung.

Jika memang demikian, hal tersebut tentu akan memberi keuntungan tersendiri bagi kota-kota populer yang dilewati jalur Trans Jawa. Sebut saja Jogjakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, atau Malang. Bisa jadi pendapatan utama pariwisata Indonesia tahun ini akan bergantung pada kota-kota tersebut.

Kemenpar Tak Bisa Berbuat Banyak

Menteri Arief Yahya Saat Kunjungi TIC Palembang (c) Bagas Yudhiswa/Travelingyuk

Meski punya peran vital dalam pengembangan industri turisme, Kemenpar sendiri tak bisa berbuat banyak menghadapi laju kenaikan harga tiket pesawat belakangan ini. Hal tersebut diakui sendiri oleh Mentri Pariwisata, Arief Yahya. Beliau menyatakan sempat mendengar ‘curhat’ mengenai penurunan jumlah kunjungan akibat mahalnya biaya perjalanan udara.

Pria asal Banyuwangi tersebut hanya bisa pasrah. Ia lantas sekedar memberi masukan pada para pelaku bisnis transportasi penerbangan agar tidak membebankan kenaikan tarif tiket pesawat pada konsumen secara dratis. Sebab hal tersebut rawan mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan.

“Kalau usulan saya kalau mau naik pun tidak tergesa-gesa. Nggak ujug-ujug naik sekian persen karena elasticity,” jelas Arief sebagaimana dilansir dari Detik.

Jadi Tugas Bersama

Wisata Instagenic di Jawa via Instagram/ nevyasnova

Kenaikan tiket pesawat tentunya akan berimbas pada lesunya kunjungan destinasi wisata di luar Pulau Jawa. Kota-kota seperti Lombok dan Bali tentunya sangat mengandalkan pelancong yang datang menggunakan transportasi udara.

Mengingat wisata merupakan salah penyumbang devisa terbesar di Indonesia, pemerintah harusnya segera memikirkan kebijakan untuk mencegah kemerosotan tersebut. Tak hanya Kemenpar, kementrian lain pun juga harus ikut memberikan solusi-solusi cerdas agar jumlah pelancong tak sampai terus turun.

Jika terus dibiarkan seperti ini, bukan tak mungkin para traveler akan mengarahkan targetnya ke Pulau Jawa atau destinasi lain dengan pilihan moda transportasi lebih banyak. Tapi tentu bukan itu yang diinginkan oleh Kemenpar, yang belakangan tengah getol mempromosikan sederet destinasi berlabel Wonderful Indonesia dari seluruh Nusantara.

Menarik untuk dinanti apakah pariwisata Indonesia bakal benar-benar lesu sepanjang 2019, atau justru menemukan titik balik untuk bangkit dan semakin mendekati visi Kemenpar di 2020.

Advertisement
Tags
Akomodasi Indonesia info terbaru
Share